SELAMAT DATANG DI PEMUDA PAKARTI`S BLOG

Blog Informasi dan Pendidikan bagi Pemuda dan Remaja baik bagi Anggota dan Umum untuk Bangun Bangsa Dan Negara.

SELAMAT DATANG DI BLOG PEMUDA PAKARTI

PEMUDA PAKARTI ada untuk dapat berbuat sesuatu untuk lingkungan dan pendidikan.

ISTIQOMAH DALAM PERJUANGAN

Walau Keberadaan kami banyak yang tidak suka karena IRI dengan kemajuan dan perkembangannya namun kami tetap Tegar.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 23 Oktober 2014

Cara Membuat Pelet Ikan Sendiri

Bahan-Bahan Untuk Pakan Buatan
  1. Bahan Hewani
    1. Tepung Ikan
      Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis) yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam amino essensial yang paling essensial sampai 8%. Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%; Abu=26,65%; Serat=1,80%; Air=10,72%; Nilai ubah=1,5–3.
      Cara pembuatannya:
      1. Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.
      2. Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.
      3. Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
    2. Tepung Rebon dan Benawa
      Rebon adalah sejenis udang kecil yang merupakan bahan baku pembuatan terasi. Benawa adalah anak kepiting laut. Rebon dan Benawa muncul pada awal musim hujan di sekitar muara sungai, mengerumuni benda yang terapung.
      Cara pembuatan:
      1. Bahan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas;
      2. Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Kandungan gizi: Protein: Udang rebon=59,4% (udang rebon), 23,38% (benawa); Lemak =3,6% (Udang rebon), 25,33% (Benawa); Karbohidrat 3,2% (Udang rebon), 0,06% (benawa); Abu=11,41% (Benawa); Serat=11,82% (Benawa); Air=21,6% (Udang rebon); 5,43% Benawa ,Nilai ubah: Benawa=4–6 
    3. Tepung Kepala Udang
      1. Bahan yang digunakan adalah kepala udang, limbah pada proses pengolahan udang untuk ekspor.
      2. Cara pembuatannya:
        1. Bahan direbus, dijemur sampai kering dan digiling;
        2. Tepung diayak untuk membuang bagian-bagian yang kasar dan banyak mengandung kitin.
      3. Kandungan gizinya: Protein= 53,74%; Lemak= 6,65%; Karbohidrat= 0%; Abu= 7,72%; Serat kasar= 14,61%; Air= 17,28%.
    4. Tepung Anak Ayam
      1. Bahan: anak ayam jantan dari perusahaan pembibitan ayam petelur.
      2. Cara pembuatan:
        • Anak-anak ayam dimatikan secara masal, bulu-bulunya dibakar dengan lampu semprot. Kemudian direbus sampai kaku (setengah masak).
        • Diangin-anginkan sampai kering dan digiling beberapa kali sampai halus. Hasil gilingan yang masih basah disebut pastadan dapat langsung digunakan.
        • Pasta dapat dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
      3. Kandungan gizinya: Protein=61,65%, Lemak=27,30%, Abu=2,34%, Air=8,80%, Nilai ubah=5–8. Juga mengandung hormon, enzim, vitamin, dan mineral yang dapat merangsang nafsu makan dan pertumbuhan.
    5. Tepung Kepompong Ulat Sutra
      1. Bahan: kepompong ulat sutra yang merupakan limbah industri pemintalan benang sutra alam.
      2. Kandungan gizinya: Protein= 46,74%, Lemak= 29,75%, Abu= 4,86%, Serat= 8,89%, Air= 9,76%, Nilai ubah= 1,8.
    6. Ampas Minyak Hati Ikan
      1. Bahan: amapas hati ikan yang telah diperas minyaknya.
      2. Cara pembuatannya:
        1. digunakan sebagai pasta, karena kandungan lemaknya tinggi, sehingga sukar dikeringkan.
        2. Digiling halus sampai bentuknya seperti pellet.
      3. Kandungan gizinya: Protein= 25,08%, lemak= 56,75%, Abu= 6,60%, Air=12,06%, Nilai ubah= 8.
    7. Tepung Darah
      1. Bahan: darah, limbah dari rumah pemotongan ternak.
      2. Cara pembuatanny: darah beku yang masih mentah dimasak dan dikeringkan, kemudian digiling menjadi tepung.
      3. Kandungan gizinya: Protein= 71,45%, Lemak= 0,42%,Karbohidrat= 13,12%, Abu= 5,45%, Serat= 7,95%, Air= 5,19. Proteinnya sukar dicerna, sehingga penggunaannya untuk ikan < 3% dan untuk udang < 5%.
    8. Silase Ikan
      1. Bahan: ikan rucah dan limbah pengolahan.
      2. Silase adalah hasil olahan cair dari bahan baku asal ikan/limbahnya.
      3. Cara pembuatan:
        1. Bahan dicuci, dicincang kecil-kecil, kemudian digiling. Hasil gilingan direndam dalam larutan asam formiat 3% 24 jan, kemudian diperas.
        2. Air perasan ditampung dan lapisan minyak yang mengapung di lapisan atas disingkirkan.
        3. Cairan yang bebas minyak dicampur dengan ampas dan ditambah asam propionat 1%, untuk mencegah tumbuhnya bakteri / cendawan dan menambah daya awet ± 3 bulan dengan pH ± 4,5.
        4. Bahan diperam selama 4 hari dan diaduk 3- 4 kali sehari.
        5. Bahan cair yang bersifat asam dapat dicampur dengan dedak, ketela pohon/tepung jagung dengan perbandingan 1:1, dikeringkan dan digunakan untuk campuran dalam ramuan makanan.
      4. Kandungan gizinya: Protein=18-20%, Lemak=1-2%, Abu=4-6%, Air=70- 75%, Kapur=1-3%, Fosfor=0,3-0,9%.
    9. Arang Bulu Ayam dan Tepung Tulang
      1. Bahan: arang bulu ayam, tulang ternak.
      2. Cara pembuatan: Tulang dipotong sepanjang 5-10 cm, direbus selama 2-4 jam dengan suhu 100 ° C, kemudian dihancurkan hingga menjadi serpihan-serpihan sepanjang 1-3 cm. Serpihan tulang direndam dalam air kapur 10% selama 4-5 minggu dan dicuci dengan air tawar. Pemisahan selatin dengan jalan pemanasan 3 tahap, yaitu pada suhu 60 ° C selama 4 jam, suhu 70 ° C selama 4 jam, dan 100 ° C selama 5 jam. Pemrosesan selatin. Tulang dikeringkan pada suhu 100 ° C, sampai kadar airnya tinggal 5% dan digiling hingga menjadi tepung. Pengemasan dan penyimpanan.
      3. Kandungan gizinya: Protein=25,54%, Lemak=3,80%, Abu=61,60%, Serat=1,80%, Air=5,52%.
    10. Tepung Bekicot
      1. Bahan: daging bekicot mentah dan daging bekicot rebus.
      2. Cara pembuatan: Daging bekicot dikeringkan lalu digiling. Untuk campuran makanan sebesar 5-15%.
      3. Kandungan gizi: Protein=54,29%, Lemak=4,18%, Karbohidrat=30,45%, Abu=4,07%, Kapur=8,3%, Fosfor=20,3%, Air=7,01.
    11. Tepung Cacing Tanah
      1. Dapat menggantikan tepung ikan, dapat diternak secara masal.
      2. Jumlah penggunaan dalam ramuan 10-25%.
      3. Cara pembuatan: Cacing dikeringkan lalu digiling.
      4. Kandungan proteinnya 72% dan mudah diserap dinding usus.
    12. Tepung Artemia
      1. Dapat menggantikan tepung ikan/kepala udang.
      2. Kandungan protein (asam amino essensial) untuk burayak 42% dan dewasa 60%, sedangkan asam lemak tak jenuh untuk burayak 20% dan dewasa 10%. Daya cernanya tinggi.
    13. Telur Ayam dan Itik
      1. Bahan: telur mentah atau telur rbus.
      2. Penggunaan: Telur mentah langsung dikopyok dan dicampur dengan bahan lain. Telur rebus, diambil kuningnya, dihaluskan dan dilarutkan sampai membentuk emulsi atau suspensi. 
      3. Kandungan gizinya: Protein=12,8%, Lemak=11,5%, Karbohidrat=0,7%, Air=74%.
    14. Susu
      1. Bahan: tepung susu tak berlemak (skim).
      2. Kandungan gizi: Protein=35,6% Lemak=1,0% Karbohidrat=52,0%, Air=3,5%
  2. Bahan Nabati
    1. Dedak
      Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras, dengan kandungan gizi: Protein=11,35%, Lemak=12,15%, Karbohidrat=28,62%, Abu=10,5%, Serat kasar=24,46%, Air=10,15%, Nilai ubah= 8.
    2. Dedak Gandum
      Bahan: hasil samping perusahaan tepung terigu. Tepung yang paling baik untuk pakan ikan adalah “wheat pollard” dengan kandungan gizi: Protein=11,99%, Lemak=1,48%, Karbohidrat=64,75%, Abu=0,64%, Serat kasar=3,75%, Air=17,35%, Nilai ubah=2-3.
    3. Jagung
      Terdapat 2 jenis, yaitu: (1) Jagung kuning, mengandung protein dan energi tinggi, daya lekatnya rendah; (2) Jagung putih, mengandung protein dan enrgi rendah, daya lekatnya tinggi. Sukar dicerna ikan, sehingga jarang digunakan.
    4. Cantel/Sorgum
      Berwarna merah, putih, kecoklatan. Warna putih lebih banyak digunakan. Mempunyai zat tanin yang dapat menghambat pertumbuhan, sehingga harus ditambah metionin/penyosohan yang lebih baik. Kandungan gizi: Protein=13,0%, Lemak=2,05%, Karbohidrat=47,85%, Abu=12,6%, Serat kasar= 13,5%, Air=10,64%, Nilai ubah2-5.
    5. Tepung Terigu
      Berasal dari biji gandum, berfungsi sebagai bahan perekat dengan kandungan gizi: Protein=8,9%; Lemak=1,3%; Karbohidrat=77,3%; Abu=0,06%; Air=13,25%.
    6. Tepung Kedele
      Keuntungan: mengandung lisin asam amino essensial yang paling essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya ± 10%. Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat enzim tripsin, dapat dikendalikan dengan cara memasak. Kandungan gizi: Protein: 39,6%, Lemak=14,3%, Karbohidrat=29,5%, Abu=5,4%, Serat=2,8%, Air=8,4%, Nilai ubah=3-5.
    7. Tepung Ampas Tahu
      Kandungan gizinya: Protein=23,55%, Lemak=5,54%, Karbohidrat=26,92%, Abu=17,03%, Serat kasar=16,53%, Air=10,43%.
    8. Tepung Bungkil Kacang Tanah
      Bungkil kacang tanah adalah ampas pembuatan minyak kacang. Kelemahannya: dapat menyebabkan penyakit kurang vitamin, dengan gejala sirip tidak normal dan dapat dicegah dengan membatasi penggunaannya. Kandungan gizi: Protein=47,9%, Lemak=10,9%, Karbohidrat =25,0%, Abu=4,8%, Serat kasar=3,6%, Air=7,8%, Nilai ubah=2,7-4.
    9. Bungkil Kelapa
      Bungkil kelapa adalah ampas dari proses pembuatan minyak kelapa. Sebagai bahan ramuan dapat dipakai sampai 20%. Kandungan gizi: Protein=17,09%, Lemak=9,44%, Karbohidrat=23,77%, Abu=5,92%, Serat kasar=30,4%, Air=13,35%.
    10. Biji Kapuk/Randu
      Bahan: bungkil kapuk yang telah diambil minyaknya. Kelemahannya: Mengandung zat siklo-propenoid yang bersifat racun bius. Penggunaannya < 5%. Kandungan gizinya: Protein=27,4%, Lemak=5,6%, Karbohidrat=18,6%, Abu=7,3%, Serat kasa=25,3%, Air=6,1 %.
    11. Biji Kapas
      Bahan: bungkil dari pembuatan minyak. Kelemahannya: mengandung zat gosipol yang bersifat sebagai racun, yaitu merusak hati dan perdarahan/pembengkakan jaringan tubuh. Untuk penggunaannya harus dimasak dulu. Kandungan gizi: Protein=19,4%, Lemak=19,5%, Asam lemak linoleat=47,8%, Asam lemak palmitat=23,4%, Asam lemak oleat=22,9%.
    12. Tepung Daun Turi
      Kelemahannya: mengandung senyawa beracun : asam biru (HCN), lusein, dan alkoloid-alkoloid lainnya. Kandungan gizinya: Protein=27,54%, Lemak=4,73%, Karbohidrat=21,30%, Abu=20,45%, Serat kasar=14,01%, Air=11,97 %.
    13. Tepung Daun Lamtoro
      Kelemahannya: mengandung mimosin, dalam pemakaiannya < 5% saja. Kandungan gizinya: Protein=36,82%, Lemak=5,4%, Karbohidrat=16,08%, Abu=1,31%, Serat kasar=18,14%, Air=8,8%.
    14. Tepung Daun Ketela Pohon
      Kelemahannya: racun HCN/asam biru. Kandungan gizi: Protein=34,21%, Lemak=4,6%, Karbohidrat=14,69%, Air=0,12.
    15. Isi Perut Besar Hewan Memamah biak
      Bahan: dari rumah pemotongan ternak. Cara pembuatan: dikeringkan, digiling sampai menjadi tepung. Kandungan gizinya: Protein=8,39%, Lemak=5,54%, Karbohidrat=33,51%, Abu=17,32%, Serat kasar=20,34%, Air=14,9%, Nilai ubah=2.
  3. Bahan Tambahan
    1. Vitamin dan Mineral
      1. Cara memperoleh: dari toko penjual makanan ayam (poultry shop) yang sudah dikemas dalam bentuk premiks (premix).
      2. Premix tersebut mengandung vitamin, mineral, dan asam-asam amino tertentu.
      3. Contoh-contoh merek dagang:
        • Top mix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), 2 asam amino essensial (metionin dan lisin) dan 6 mineral (Mn, Fe, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan (BHT)
        • Rhodiamix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), asam amino essensia metionin, dan 8 mineral (Mg, Fe, Mo, Ca, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan.
        • Mineral B12: mengandung tepung tulang, CaCO3, FeSO4, MnSO4, KI, CuSO4, dan ZnCO3, serta vitamin B12 (sianokobalamin).
        • Merek lain: Aquamix, Rajamix U, Pfizer Premix A, Pfizer Premix B.
          Penggunaannya : Untuk ikan 1-2% dan untuk udang 10-15%.
    2. Garam Dapur (NaCl)
      1. Fungsi: sebagai bahan pelezat (gurih), mencegah terjadinya proses pencucian zat-zat lain yang terdapat dalam ramuan makanan ikan.
      2. Penggunaannya cukup 2%.
    3. Bahan Perekat
      1. Contoh bahan perekat: agar-agar, gelatin, tepung terigu, tepung sagu, dll. Yang paling baik adalah tepung kanji dan tapioka.
      2. Penggunaannya cukup 10%.
    4. Antioksidan
      1. Bahan: fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikulin (1,2dihydro-6-etoksi-2,2,4 trimethyquinoline), BHT (butylated hydroxytoluena), dan BHA (butylated hydroxyanisole). 
      2. Penggunaannya: etoksikulin 150 ppm, BHT dan BHA 200 ppm. 
    5. Ragi dan Ampas Bir
      1. Ragi adalah sejenis cendawan yang dapat merubah karbohidrat menjadi alkohol dan CO2.
      2. Macam ragi: ragi tape, ragi roti, dan bir.
      3. Kandungan gizi: Protein=59,2%, Lemak=0, Karbohidrat=38,93%, Abu=4,95%, Serat kasar=0, Air=6,12%.
      4. Ampas bir merupakan limbah pengolahan bir.
      5. Kandungan gizinya: Protein=25,9%, Serat kasar=15%
      6. Penggunaannya: ampas bir basah 3-6% dan kering 10%.sumberhttp://www.iptek.net.id/

Senin, 20 Oktober 2014

Cara Membuat EM 4 dan EM 5



MEMPERBANYAK DAN MEMBUAT EM 4

1. 1. RESEP 1

Bahan baku
• em4 =1 liter
• air gula merah =1/2 kg+ 1 liter air
• sari buah nenas(4 buah)+38 liter
• jeregen isi 40 liter
• campur semua dalam wadah jeregen—–tutup rapat selama 1 minggu —-siap pakai
1. 2. RESEP II
Alat dan Bahan
1. 3 liter cairan EM4 (3 botol @ 1 liter)
2. Drum Plastik 200 liter
3. 500 gr gula merah / putih
4. 180 liter air
5. 0.5 Kg terasi yang sudah dicairkan dengan air secukupnya (opsional untuk hasil yang lebih baik)

Pembuatan
1. Ambil air secukupnya untuk melarutkan 500 gram gula merah / putih
2. Masukkan air kedalam drum plastik 200 liter
3. Tambahkan 3 liter cairan EM4
4. Masukkan larutan gula merah / putih
5. Masukkan 0.5 Kg larutan terasi (opsional)
6. Aduk merata
7. Tutup drum plastik – diamkan (fermentasi) selama 1 minggu
Petunjuk Penggunaan
1. Campurkan 1 liter EM4 yang sudah ‘matang’ dengan 10 s/d 15 liter air bersih
2. Siramkan larutan tersebut ke 500 Kg bahan organik yang hendak dikomposkan
3. Sisa EM4 yang nantinya tersisa sekitar 4 – 5 liter di dalam drum dapat kembali dibiakkan dengan menambahkan air gula dan terasi (opsional) mengikuti cara pembuatan di atas.
Sebenarnya ada cara lain yang juga dapat memperbanyak EM 4, namun kita tampilkan dulu yang praktis dan kuantitas yang lebih banyak.
MEMBUAT EM 4 SENDIRI
Jika kita harus membeli EM4 tersebut harganya lumayan mahal, padahal ada berbagai cara untuk membuat EM4 sendiri dengan harga bahan baku yang sangat murah. Salah satu caranya adalah sebagai berikut:
1. A. RESEP I
BAHAN:
1. Pepaya matang atau kulitnya 0,5 kg
2. Pisang matang atau kulitnya 0,5 kg
3. Nanas matang atau kulitnya 0,5 kg
4. Kacang panjang segar 0,25 kg
5. Kangkung air segar 0,25 kg
6. Batang pisang muda bagian dalam 1,5 kg
7. Gula pasir 1 kg
8. Air tuak dari nira 0,5 liter
CARA PEMBUATAN:
1. Pepaya, pisang, nanas, kacang panjang, kangkung dan batang pisang muda dihancurkan hingga ukuran menjadi agak halus. Buah harus yang sudah matang atau dapat juga digunakan kulit buah yang tidak dimakan.
2. Setelah dihancurkan, campuran bahan tersebut dimasukkan dalam ember.
3. Campurkan gula pasir dan tuak dalam ember tadi dan aduk hingga rata.
4. Wadah ditutup rapat dan disimpan selama 7 hari
5. Setelah 7 hari larutan yang dihasilkan dikumpulkan secara bertahap setiap hari hingga habis.
6. Larutan tersebut disaring dan dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat. Larutan tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan.
7. Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos.
SUMBER MIKROORGANISME PENGURAI ( UNSUR BAKTERI DALAM EM 4 )
Untuk mempercepat pembuatan pupuk organik atau kompos kita biasanya menggunakan mikroorganisme pengurai.Bahan untuk kompos juga berfariasi, ada dedaunan, kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran sapi, limbah jamur, jerami dll.Yang perlu diketahui adalah bahwa sebuah mikroorganisme pengurai mempunyai sifat spesifik dalam menguraikan bahan organik tersebut artinya tidak semua bahan organik dapat dihancurkan/ diurai oleh sebuah mikroorganisme. Oleh karena itu perlu diketahui jenis dan sumber mikroorganisme pengurai yang tepat agar bahan organik sebagai media kompos/ pupuk organik dapat terurai.
Mikroorganisme pengurai yang dalam bentuk jadi kita mengenalnya sebagai EM4. Kali ini akan sedikit membedakan fungsi dari masing-masing bahan pembuat EM4 tersebut, sehingga ada kesesuaian antara bahan organik sebagai bahan pupuk organik denga mikroorganisme yang akan kita gunakan untuk menguraikannya.
Berikut beberapa bahan sebagai sumber mikroorganisme pengurai:
1. Nanas/ kulit nanas : Anona berfungsi sebagai penghancur benda keras
2. Pisang/ kulit pisang : Lactobacillus sebagai penghancur dedaunan
3. Tempe : Saccaromyces sebagai penghancur kotoran
4. Buah yang lain: Rhyzopus sebagai penghancur minyak
Cara Membuat sumber mikroorganisme pengurai dan cara menggunakannya:
1. Campurkan 1 liter air matang dengan 2 sendok makan gula pasir.
2. Bahan sumber mikro organisme dihancurkan dengan blender atau di tumbuk.
3. Masukkan dalam botol/ wadah dan ditutup rapat
4. Biarkan selama 3 hari
5. Setelah 3 hari bahan tersebut siap digunakan.
6. Masing-masing bahan diambil 0,25 gelas (100 ml) dicampur dengan 15 air dan campur dengan bahan organik yang akan dibuat kompos.
1. B. RESEP II
Bahan :
1. Air cician beras ( leri ) = 5 liter
2. Air kelapa = 5 liter
3. Cincangan halus sampah sayur = 3 kg
4. Kulit Jeruk = seadanya
5. Ragi tempe = 1 butir
6. Cairan Gula Jawa/Merah = 1 kg
Cara membuat :
Semua bahan dicampur dan di aduk rata. Tutup rapat dengan perlakuan setiap 4 hari tutup dibuka untuk mengeluarkan gas. Pada hari ke -17 EM4 sudah jadi.
1. C. RESEP III
Bahan:
1. Gula pasir/merah = 1kg
2. Terasi = ¼ kg
3. Dedak = 1 ½ kg
4. Ragi tape = 15 butir
5. Air biasa = 5 liter
Cara membuat :
Air di rebus sampai mendidih lalu angkat dari tungku lalu campur terasi, dedak dan gula pasir aduk samapi rata. Tunggu 3-4 jam setelah larutan dingin lalu masuk kan ragi tape yang sudah di tumbuk halus. Masukkan dalam ember tertutup rapat simpan di tempat lembab. Kurang lebih 15 hari EM4 siap di gunakan.
Cara Memperbanyak Em-4

Alat dan Bahan
– Tetes tebu 3 Liter
– Em-4 2 Liter
– Air 95 Liter
– Kantung plastic / drum (ada tutup)
– Tali

Cara Pembuatan
• Dicampur air, tetes tebu dan em-4
• Diikat atau ditutup
• Dibiarkan selama kurang lebih 2 minggu

Keuntungan Penggunaan Probiotik/Em-4
• Menigkatkan pertumbuhan ikan
• Meningkatkan nutrisi pakan
• Meningkatkan kesehatan
• Mengurangi penyakit dalam perairan
• Menjaga kualitas air
• Mengurangi bau air
PUPUK CAIR PERANGSANG PERTUMBUHAN DAN BUAH
12
Bahan:
– Mangga matang = 1 buah
– Pepaya matang = 1 buah
– Pisang ambon = 2 buah
– Nenas = 1 buah
– Tomat = 1,4 kg
– Air = 1 liter
Cara membuat:
– Buah-buahan di blender hingga halus ( nanas dikupas dulu kulitnya ).
– Campurkan semua bahan dengan air.
– Kocok/aduk hingga merata.
– Peras lalu ambil airnya.
– Air perasan tersebut ditutup rapat dan diamkan selama 1 minggu.
Aplikasi:
– Semprotkan pada saat umur tanaman 10 dan 25 hari lalu pada saat tanaman memunculkan bunga pertama.
– Dosis 250 cc / 15 liter air.
INSEKTISIDA TEKNOLOGI EM5
Bahan:
– EM4 = 100 ml
– Molase/gula = 100 ml/ 0,5 ons
– Cuka makan kadar 5% = 100 ml
– ALkohol kadar 40% = 100 ml
– Air cucian beras pertama = 1 liter
Cara membuat:
– Campurkan semua bahan.
– Tutup rapat dan simpan di tempat teduh dan gelap.
– Selama 15 hari setiap pagi dan sore larutan di kocok dan di buka tutupnya ( untuk mengeluarakan gas ).
– Selama 5 hari biarkan tertutup.
– EM 5 siap digunakan.
– Larutan ini dapat bertahan hingga kurang lebih 3 bulan.
Aplikasi:
– 150 – 250 cc / 15 liter air.
– Tambahkan 10 cc larutan gula setiap akan menyemprot.
Catatan:
– Hati-hati terhadap tanaman muda dan rentan karena larutan ini mengandung alcohol.
– Mencampurnya dengan ekstrak tanaman anti hama saat pembuatan sangat di anjurkan supaya lebih efektif lagi.
PUPUK CAIR PERANGSANG PERTUMBUHAN DAN BUAH

Bahan:
– Mangga matang = 1 buah
– Pepaya matang = 1 buah
– Pisang ambon = 2 buah
– Nenas = 1 buah
– Tomat = 1,4 kg
– Air = 1 liter
Cara membuat:
– Buah-buahan di blender hingga halus ( nanas dikupas dulu kulitnya ).
– Campurkan semua bahan dengan air.
– Kocok/aduk hingga merata.
– Peras lalu ambil airnya.
– Air perasan tersebut ditutup rapat dan diamkan selama 1 minggu.
Aplikasi:
– Semprotkan pada saat umur tanaman 10 dan 25 hari lalu pada saat tanaman memunculkan bunga pertama.
– Dosis 250 cc / 15 liter air.
INSEKTISIDA TEKNOLOGI EM5
Bahan:
– EM4 = 100 ml
– Molase/gula = 100 ml/ 0,5 ons
– Cuka makan kadar 5% = 100 ml
– ALkohol kadar 40% = 100 ml
– Air cucian beras pertama = 1 liter
Cara membuat:
– Campurkan semua bahan.
– Tutup rapat dan simpan di tempat teduh dan gelap.
– Selama 15 hari setiap pagi dan sore larutan di kocok dan di buka tutupnya ( untuk mengeluarakan gas ).
– Selama 5 hari biarkan tertutup.
– EM 5 siap digunakan.
– Larutan ini dapat bertahan hingga kurang lebih 3 bulan.
Aplikasi:
– 150 – 250 cc / 15 liter air.
– Tambahkan 10 cc larutan gula setiap akan menyemprot.
Catatan:
– Hati-hati terhadap tanaman muda dan rentan karena larutan ini mengandung alcohol.
– Mencampurnya dengan ekstrak tanaman anti hama saat pembuatan sangat di anjurkan supaya lebih efektif lagi.

MOL ( MIKRO ORGANISME LOKAL )
MOL selain berfungsi sebagai activator dekomposisi bahan-bahan organic, ia juga berperan sebagai penyedia unsure hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Berikut macam-macam MOL dari bahan yang murah dan mudah didapat.
1. 1. MOL dari buah-buahan
Bahan :
– Buah-buahan busuk = 5 kg
– Air kelapa = 10 butir
– Gula jawa = 1 kg
Cara membuat:
– Haluskan buah-buahan ( ditumbuk atau diparut ).
– Campurkan semua dalam wadah tertutup.
– Tutup rapat dan diamkan selam 2 minggu.
– Sebagai saluran aerasi buat lubang kecil seukuran selang pada tutup wadah dan di beri botol air mineral 500 ml yang telah di isi air setengahnya pada ujung selang yang lain.
Aplikasi:
– 1 : 5 untuk pengomposan
– 1 : 30 untuk penyemprotan ke tanaman ( 2 minggu sekali ).

1. 2. MOL Tapai (tape)
Bahan :
– Tapai (tape) = 1 ons
– Air = kurang lebih 1,2 liter
– Botol air mineral 1,5 liter
– Gula psir = 5 sendok makan
Cara membuat:
– Masukkan semua ahan kedalam botol.
– Kocok-kocok sebentar agar campuran merata.
– Biarkan tanpa ditutup selama 4-5 hari ( usahakan benda atau hewan tidak masuk ke dalam botol).
– MOL siap digunakan.
Aplikasi:
– 1 : 5 untuk pengomposan
– 1 : 15 untuk pengocoran langsung di sekita akar tanaman ( usakan tidak mengenai batang tanaman ).
1. 3. MOL gedebong pisang
Bahan:
– Grdebong pisang = 1 kg
– Gula jawa = 1,5 ons
Cara membuat:
– Gedebong pisang dipotong tipis secara melintang.
– Masukkan semua bahan dalam wadah.
– Tutup dan biarkan selama 2 minggu.
– Setelah 2 minggu ambil airnya dengan cara diperas.
– MOL perasan dari campuran diatas siap digunakan.
Aplikasi:
– 1 : 1.000 untuk pupuk daun.
– 1 : 5 untuk pengomposan.

1. 4. MOL sabut kelapa
Bahan :
– Sabut kelapa
– Air
Cara membuat:
– Masukkan sabut kelapa separuh dari wadahnya.
– Masukkan air sampai hamper penuh.
– Tutup rapat dan diamkan selama 15 hari.
– MOL siap digunakan
Aplikasi:
MOL ini kaya akan unsure Kalium. Kocorkan pada lahan yang akan ditanami dan saat tanaman dalam stadium primordial ( awal tumbuh ).
1. 5. MOL rebung bambu.
Bahan:
– Rebung = 1 kg
– Air cucian beras = 3 liter
– Buah maja = 1 butir
– Gula merah = 1-2 ons
Cara membuat:
– Rebung ditumbuk atau di iris tipis.
– Masukkan semua bahan.
– Tutup rapat dan diamkan selama 15 hari.
– MOL siap digunakan.
Aplikasi;
– 1 : 5 untuk pengomposan
– 1 : 15 untuk penyemrotan pada tanaman.
INSEKTISIDA BEAUVERIA BASSIANA
MENGEMBANGKAN INSEKTISIDA BEAUVERIA BASSIANA
Adapun alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk mengembangkan Insektisida biologi jamur Beauveria bassiana adalah:
1. Isolat jamur Beauveria bassiana
2. Ember atau baskom kecil
3. Baskom peniris
4. Plastik 1/4 kg dengan ketebalan 0,4 sepuluh buah
5. Lilin lima buah
6. Steples
7. Kawat atau sendok kecil spatula
8. Panci Dandang
9. Alkohol 75 %
10. Air bersih
11. Beras giling atau jagung giling 1 kg
Kalau alat bahan telah lengkap sekarang bersama maspary kita praktekkan cara membuatnya:
1. Cuci bersih beras dan rendam selama 24 jam
2. Tiriskan sampai kering
3. Masukkkan beras kedalam plastik @ 100 gr
4. Lipat ujung plastik
5. Masak beras dengan cara di kukus selama kurang lebih 1,5 – 2 jam
6. Setelah dingin angkat beras tersebut dari panci dandang
7. Nyalakan lilin 5 buah dan letakkan membentuk setengah lingkaran dimeja
8. Masukkan kawat atau sendok spatula kedalam alkohol dan bakar di salah satu lilin tersebut
9. Setelah kawat agak dingin ambil sebagian isolat dalam tabung reaksi dan masukkan kedalam beras
10. Lipat beberapa kali ujung plastik dan steples
11. Letakkan dalam suhu kamar sampai 7-14 hari
12. Jika sudah tumbuh miselium berwarna putih secara penuh berarti insektisida biologi Beauveria bassiana siap digunakan.
Setelah Insektisida biologi Beauveria bassiana telah siap kini saatnya menggunakannya untuk beberapa jenis serangga, wereng, walang sangit, ulat, kumbang dll. Mari kita coba aplikasikan insektisida tersebut bersama Gerbang Pertanian:
1. Ambil salah satu beras dalam plastik yang telah ditumbuhi meselium Beauveria basiana
2. Cuci dengan air 1 liter dengan cara diremas-remas sampai bersih
3. Saring dengan kain, ambil air cuciannya.
4. Campurkan air tersebut dengan air 14 – 17 liter dan masukkan kedalam tangki sprayer.
5. Semprotkan ke tanaman dengan frekuensi 1 minggu sekali. Jika serangan berat bisa seminggu 2 kali.
6. Jangan lupa nyemprotnya sore hari, karena kalau siang hari jamur Beauveria basiana akan mati kepanasan.

MIKORIZA
TEKNIK MEMPERBANYAK MIKORIZA
Mikoriza merupakan suatu hubungan simbiotik mutualisme antara jamur tertentu dengan perakaran tanaman tingkat tinggi.Jamur membantu penyerapan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman, khususnya unsur P dan N, sedangkan tanaman menyediakan unsur karbon yang dibutuhkan jamur untuk kelangsungan hidupnya.
Mikoriza terdapat hampir di semua tanaman inang, baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.Penyebaran mikoriza sangat luas dan dapat ditemukan di berbagai areal pertanaman di Indonesia, mulai dari daerah pegunungan sampai daerah pantai.
Mikoriza berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan bertambahnya kemampuan akar dalam menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman.Selain itu mikoriza juga berperan dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen akar, ketahanan terhadap kekeringan atau kondisi ekstrim lainnya.
Klasifikasi Mikoriza
Secara umum mikoriza dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu :
Endomikoriza dan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)
1. 1. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)
Mikoriza dalam kelompok ini dicirikan dengan adanya struktur berupa vesikel dan arbuskul.Vesikel merupakan penggelembungan hifa MVA yang berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat penyimpan cadangan makanan.
Arbuskul merupakan sistem percabangan hifa yang kompleks, bentuknya seperti akar yang halus.Arbuskul berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara jamur dan tanaman.
MVA termasuk kelompok mikoriza yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati (biofertilizer).Adapun jenis-jenis MVA yang potensial tersebut diantaranya tergolong dalam genus Glomus, Gigaspora, dan Acaulospora.
1. 2. Ektomikoriza
Mikoriza dalam kelompok ini dicirikan dengan adanya struktur berupa mantel hifa (Hartig net) yang berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi.Mikoriza jenis ini tidak membentuk vesikel maupun arbuskul dan umumnya membentuk badan buah yang tergolong dalam kelas Basidiomycetes atau Ascomycetes.
Persiapan Perbanyakan MVA
Bahan yang perlu dipersiapkan yaitu media tanam (pasir, tanah, arang sekam atau yang lain), starter mikoriza (akar yang bermikoriza atau media yang mengandung spora MVA), benih jagung/sorghum, pupuk cair, pot/bak plastik/polibag, dan kantong plastik. Peralatan yang dibutuhkan antara lain dandang sabluk, cetok, gunting, hand sprayer, kompor, dll.
Produksi MVA
Umumnya produksi MVA yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan metode pot kultur, yaitu menanam benih jagung dalam pot-pot atau bak-bak plastik. Tahap produksi MVA diawali dengan sterilisasi media.Media perbanyakan MVA yang berupa pasir/tanah/arang sekam dipanaskan dengan menggunakan dandang sabluk selama 1 – 2 jam. Tujuannya adalah untuk membunuh mikroorganisme yang hidup pada media tanam, sehingga diharapkan kompetisi antara MVA dan mikroorganisme lain menjadi berkurang.
Selanjutnya media dimasukkan ke dalam pot/polibag/bak plastik sampai ¾ volumenya.Tanambenih jagung/sorghum yang telah dikecambahkan terlebih dahulu. Benih jagung yang telah berkecambah akan meningkatkan persentase pertumbuhannya karena media tanam yang digunakan miskin unsur hara. Biarkan benih tumbuh sampai berumur 2 minggu dengan melakukan penyiraman secara teratur menggunakan hand sprayer.
Tahap selanjutnya adalah memasukkan starter mikoriza yang berupa akar yang bermikoriza/spora MVA di sekitar perakaran sebanyak 0,5 – 1 gram. Starter MVA yang dicampurkan minimal mengandung 10-20 spora.
Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan dilakukan sampai inang berumur ±2 bulan.Tanaman jagung diletakkan pada suatu tempat yang cukup mendapatkan sinar matahari sambil sesekali dilakukan penyiraman dan pemupukan.Penyiraman tidak perlu dilakukan secara teratur, cukup dengan menjaga kelembapan media tanam.Pemupukan juga dilakukan secukupnya, dengan memilih pupuk cair yang mengandung unsur P rendah. Pemeliharaan tanaman yang telah tumbuh juga meliputi pengamatan terhadap serangan hama dan penyakit. Tanaman yang tampak terserang hama dan penyakit atau tumbuh abnormal segera dicabut dan diganti dengan benih yang baru.
Stressing
Tahap stressing adalah suatu tahapan yang berupa usaha untuk menghambat atau menekan pertumbuhan tanaman inang dengan kondisi tertentu. Tujuannya yaitu untuk memacu MVA membentuk struktur tahan berupa spora. Spora inilah nantinya yang dapat dipanen dan menjadi sumber inokulum (starter mikoriza).
Usaha-usaha stressing yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Penghentian penyiraman
Setelah selama 2 bulan tanaman inang dipelihara dengan sesekali dilakukan penyiraman, maka pada bulan ketiga dilakukan stressing dengan menghentikan proses penyiraman selama 1 (satu) bulan. Dalam kondisi seperti ini secara otomatis akar tanaman inang akan berusaha keras untuk mendapatkan air. Pada saat inilah simbiosis antara MVA dan akar tanaman inang berjalan optimal. Hifa-hifa MVA akan tumbuh memanjang untuk membantu akar tanaman inang mencari sumber air.
Topping dan pemaparan sinar matahari
Topping atau pemotongan bagian atas tanaman inang dilakukan dengan hanya menyisakan batang bawah ± 1/4nya.Kondisi ini dikombinasikan dengan melakukan pemaparan tanaman inang di bawah bawah sinar matahari. Kondisi seperti ini akan semakin menekan kondisi fisik tanaman inang dan MVA. Perlahan-lahan tanaman inang akan mati sehingga akan mempengaruhi kondisi MVA. Dalam keadaan yang tidak menguntungkan tersebut MVA akan membentuk struktur tahan berupa spora untuk mempertahankan hidupnya.
Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman inang mengalami stressing selama 1 (satu) bulan atau ± 3 (tiga) bulan sejak tanam awal. Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar tanaman inang dan mengambil bagian akarnya. Akar lalu dipotong kecil-kecil (± 0,5 cm) dan dicampur dengan media tanamnya. Selanjutnya kemas mikoriza beserta media tanamnya dalam kantong plastik dan siap untuk diaplikasikan sebagai pupuk hayati.Bila tidak langsung digunakan maka sebaiknya disimpan dalam lemari es.
Aplikasi di Lapangan
Penggunaan MVA lebih efektif diaplikasikan pada saat pembibitan karena MVA akan segera menginfeksi jaringan akar yang relatif masih muda. Dengan demikian bibit yang akan dipindahkan ke lapang perakarannya telah terlindungi oleh MVA sehingga dapat terhindar dari serangan patogen, khususnya patogen terbawa tanah. Namun dapat pula aplikasi dilakukan pada saat bibit dipindah ke lahan.Caranya yaitu dengan membuat lubang tanam, kemudian mengambil tanahnya dan mencampurnya dengan mikoriza.Dosis yang disarankan minimal 15 – 20 gram/bibit.Aplikasi sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari (pukul 16.00 – 17.00 WIB).

Jumat, 17 Oktober 2014

Cara Membuat Herbisida Sendiri



Bumi pada umumnya sangat subur. Saking suburnya rumput-rumput juga sangat cepat pertumbuhannya. Para petani sering mengeluhkan keadaan ini. Betapa tidak, setelah lahan dibersihkan dengan cara ditebas atau dibakar, kalau sudah kena hujan sekali saja rumput lebih cepat menyusul. Tanaman yang ditanam belum besar rumputnya sudah lebih dulu meninggi dan menutupi tanaman.


Biasanya petani banyak mengandalkan racun rumput buatan pabrik yang semakin hari semakin mahal. Untuk membersihkan lahan dari rumput biasanya dilakukan beberapa kali. Kalau rumput tebal biasanya petani membakarnya saja dulu, kemudian dibiarkan sekitar 2 minggu sampai rumput mulai Nampak tumbuh lagi. Setelah itu lahan yang mulai ditumbuhi rumput tadi disemprot dengan racun rumput. Kadang petani menanami dengan tanaman yang dikehendaki sebelum penyemprotan atau yang lebih sering dilakukan setelah penyemprotan.

Setelah penyemprotan racun tersebut biasanya agak lama rumput baru tumbuh, ungkin biji rumput yang masih tersisa sebelumnya dan tidak sempat dimatikanoleh racun rumput pada penyemprotan sebelumnya. Sisa-sisa biji-biji rumput yang ada di tanah ini baru muncul sekitar 2-3 bulan kemudian (tergantung keadaan tanah, jumlah curah hujan, dll.). Pada saat pemunculannya kembali inilah petani menyemprot lagi dengan racun rumput, sebelum rumput-rumput ini sempat mengeluarkan bijinya. Jangan sampai penyemprotan dilakukan terlambat, sehingga biji-biji rumput sempat terhambur.

Demikian cara sebagian petani di Kalimantan, khususnya petani di Nunukan Kalimantan Timur yang pernah penulis temui. Beda dengan Petani di Jawa yang jarang menggunakan racun rumput pada usaha taninya, karena memang lahan yang tidak terlalu luas dan tenaga yang cukup banyak serta ternak yang memerlukan rumput setiap hari sehingga rumput selalu dipotong untuk pakan ternak.

Penggunaan racun rumput yang relative sangat banyak dan sering inilah yang membengkakkan biaya usaha tani para petani di Kalimantan umumnya, Nunukan pada khususnya. Akhirnya banyak cara dilakukan oleh para petani untuk menghemat pengeluaran belanja racun rumput dengan cara mereka sendiri. Paling tidak ada 3 (tiga) cara yang Penulis akan paparkan disini, yang berasal dari pengalaman beberapa petani di Nunukan Kalimantan Timur yang telah Penulis temui.


RESEP 5in1 (Five in One) alias GUS BenSol

Resep ini bisa saja diberi nama Racun Rumput FiO, atau Racun Rumput GUS BenSol. FiO artinya Five in One, sedangkan Gus Bensol maksudnya Garam Urea Sabun serbuk Bensin dan Solar. Mungkin nama yang enak didengar adalah Racun Rumput GUS BenSol, biar keren dan mudah terkenal. Bagaimana?

Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Bensin 1 liter
2. Solar 1 liter
3. Garam 1 kg
4. Urea 1 kg
5. Sabun Serbuk 1 kg

Cara membuat :
1. Semua bahan-bahan di campur satu persatu, mulai dari bensin dan solar dalam satu wadah.
2. Pada wadah yang lain kemudian garam dan urea serta sabun serbuk dicampur.
3. Wadah satu yang berisi campuran bensin dan solar dicampurkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk-aduk dituangkan pada wadah kedua yang berisi campuran garam, urea dan sabun serbuk.
4. Pengadukan dilakukan terus-menerus sampai campuran tadi menjadi larutan yang menyatu.
5. Bahan racun rumput (FiO) Five in One alias GUS Bensol siap digunakan. Simpanlah pada wadah yang aman dan tertutup jauhkan dan hindarkan dari nyala api, karena bahan ini mudah terbakar.

Cara Penggunaan :
Cara penggunaan sama dengan penggunaan racun rumput lainnya. Yaitu kalau kita ingin menyemprot dengan pompa sprayer berisi 15 liter air campurkan sekitar 50 cc obat racun rumput FiO Gus Bensol ini. Kalau dirasa kurang hebat ditambah sedikit dosisnya juga bisa sampai sekitar 200 cc (atau satu gelas wadah aqua) dalam tangki sprayer 15 liter (ada juga tangki yang 16 sampai 18 liter).


RESEP Oplosan Three in One (OTiO 12) alias Alur 12

Disebut Racun Rumput OTiO 12 alias Alur 12, hanya untuk memudahkan mengingat bahwa inilah cara petani untuk membuat pengenceran racun rumput 1 liter menjadi 12 liter dengan efek racun yang hampir sama. Pengalaman dari seorang Petani di Kampung Sei Jepun bernama Bapak Mustafa (43) ini diperoleh saat dia bekerja di perkebunan Sawit di Malaysia. Resep ini pun sudah diminta ijinny untuk disebarluaskan kepada para petani dimana saja berada, khususnya yang sempat membaca tulisan ini.




Disebut Alur 12 karena bahannya adalah Air Laut sebanyak 12 liter dan Urea, untuk memperbanyak Racun Rumput buatan pabrik yang akan digunakan.

Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Racun Rumput Buatan Pabrik (berbagai merek) 1 liter
2. Air Laut 12 liter
3. Urea 2 kg

Cara membuat :
1. Semua bahan-bahan di campur satu persatu ke dalam wadah terbuat dari Alumunium atau yang berbahan tembikar dari tanah liat dengan sambil terus diaduk-aduk.
2. Bahan-bahan larutan pengenceran racun rumput dengan air laut dan urea dalam wadah kuali itu kemudian dipanaskan di atas kompor atau tungku kayu bakar.
3. Pengadukan dilakukan terus-menerus sampai campuran tadi menjadi larutan yang menyatu sambil terus dipanaskan sampai mendidih. Pengadukan diusahakan jangan tepat di atas wadah agar uapnya tidak terhirup oleh si Pengaduk.
4. Bahan racun rumput OTiO 12 (Oplosan Three in One) siap digunakan. Simpanlah pada wadah yang aman dan tertutup jauhkan dan hindarkan dari jangkauan anak-anak.

Cara Penggunaan :
Cara penggunaan sama dengan penggunaan racun rumput lainnya. Yaitu kalau kita ingin menyemprot dengan pompa sprayer berisi 15 liter air campurkan sekitar 50 cc obat racun rumput OTiO 12 alias Alur 12 ini. Kalau dirasa kurang hebat ditambah sedikit dosisnya juga bisa sampai sekitar 200 cc (atau satu gelas wadah aqua) dalam tangki sprayer 15 liter (ada juga tangki yang 16 sampai 18 liter).

RESEP Oplosan Three in One (OTiO 13) alias Hervit Top 13
Disebut Racun Rumput OTiO 13 alias Hervit Top 13, hanya untuk memudahkan mengingat bahwa inilah cara petani untuk membuat pengenceran racun rumput 1 liter menjadi 3 liter dengan efek racun yang hampir sama. Pengalaman dari seorang Petani di Desa Setabu Kecamatan Sebatik Barat melalui seorang PPL bernama Asri Aziz (33) ini diperoleh saat dia bekerja di sawah dan kebun Kakaonya sendiri. Resep ini pun sudah diminta ijinnya untuk disebarluaskan kepada para petani dimana saja berada, khususnya yang sempat membaca tulisan ini.

Disebut Bervit Top 13 karena bahannya adalah Vitsin (Vit) 250 gram dan Toak Pahit (ToP) sebanyak 3 liter, untuk memperbanyak Racun Rumput buatan pabrik sebanyak 1 liter menjadi 3 liter.

Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Racun Rumput Buatan Pabrik (berbagai merek) 1 liter
2. Toak Pahit 3 liter
3. Vitsin 250 gram

Cara membuat :
1. Semua bahan-bahan di campur satu persatu ke dalam wadah terbuat dari Plastik atau yang berbahan tembikar dari tanah liat dengan sambil terus diaduk-aduk.
2. Bahan-bahan larutan pengenceran racun rumput dengan Toak Pahit dan Vitsin dalam wadah kuali itu kemudian diaduk-aduk.
3. Pengadukan diusahakan jangan tepat di atas wadah agar uapnya tidak terhirup oleh si Pengaduk.
4. Bahan racun rumput OTiO 13 (Hervit Top 13) siap digunakan. Simpanlah pada wadah yang aman dan tertutup jauhkan dan hindarkan dari jangkauan anak-anak.

Cara Penggunaan :
Cara penggunaan sama dengan penggunaan racun rumput lainnya. Yaitu kalau kita ingin menyemprot dengan pompa sprayer berisi 15 liter air campurkan sekitar 50 cc obat racun rumput OTiO 13 alias Hervit Top 13 ini. Kalau dirasa kurang hebat ditambah sedikit dosisnya juga bisa sampai sekitar 200 cc (atau satu gelas wadah aqua) dalam tangki sprayer 15 liter (ada juga tangki yang 16 sampai 18 liter).

Barangkali Anda juga punya resep yang sama ampuhnya dengan resep di atas. Atau bahkan lebih hebat? Maka jangan malu-malu atau ragu-ragu untuk saling berbagi, agar petani kita lebih makmur dan sejahtera. Sudah waktunya kita membela para Petani agar bisa meminimalkan biaya-biaya usaha taninya. Jangan selalu kita memeras petani dengan bisnis yang mengandung pembodohan terstruktur sekaligus merusak tatanan kelestarian alam.


Sumber : http://kebun-singkong.blogspot.com

Selasa, 14 Oktober 2014

Cara Membuat Ragi Jerami Untuk Pakan Ternak Bebek

Pemuda Pakarti Purwojati. Cara Membuat Ragi Jerami Untuk Pakan Ternak Bebek

Mempostingkan Tulisan ini salah satu bentuk dari Bela Negara Pemuda Pakarti YGNI Purwojati 
Kegiatan Pemuda Pakarti Purwojati Banyumas-YGNI
Kegiatan Pemuda Pakarti Purwojati Banyumas-YGNI

Manfaatkanlah Ragi Tape Jerami. produk ini didesain untuk memfermentasi bahan pakan untuk ternak besar (Ruminansia khususnya) seperti sapi, kambing, kuda, lembu, dan sebagainya. Namun setelah terdapat pengalaman dan informasi tentang kandungan didalamnya ternyata kandungan bakteri aktifnya sangat memungkinkan untuk dipakai memfermentasi pakan bebek yang memang biasanya diberikan dalam keadaan basah (lembab).
Dan diberilah sebuah  resep kilat dan ampuh,  5 gr Ragi Tape Jerami per 10 kg pakan (Yang bersangkutan kemudian meracik pakan berupa bekatul, nasi aking, jagung sisa pipilan yang terbuang, gabah hampa, ampas kelapa). Dengan dibasahi sekedar lembab dengan ramuan ragi, pakan diperam 2 hari di wadah tertutup. Fermentasi dinyatakan selesai manakala muncul salah satu atau lebih dari tanda-tanda berikut ini:
1. Timbul bau wangi karamel (seperti bau gula yang digoreng tanpa minyak).
2. Muncul kapang/jamur berkelompok berwarna putih atau kuning.
3. Saat wadah diraba, terasa temperatur hangat.
Setelah itu, buka tutup wadah untuk dikeringanginkan dan siap dihidangkan ke bebek peliharaan. Jangan ditutup lagi karena bisa menyebabkan proses fermentasi berlanjut. Jika fermentasi terlalu lama, pakan bisa menjadi terlalu lembek dan aromanya menjadi terlalu kuat.
Alhasil, pakan jadi wangi karamel yang membuat para bebek demikian lahap menyantapnya. “Kalaunya tidak saya batasi, bebek-bebek maunya makan terus”‘ ujar Sobat kita tersebut dengan senang. Sekarang tak ada lagi pakan basi karena tidak habis ini masih bisa dimakan besok. Hebatnya, bebek yang telah lepas konsentrat pabrik di akhir minggu 2 ini menunjukkan perkembangan yang amat signifikan. Di umur 1 bulan bobotnya mencapai 500 gr-700 gr. Suatu hal yg belum pernah dialami Rekan kita tersebut selama berternak bebek. Biasanya di umur segitu paling standar bobot 400 gr-450 gr.
Alhamdulillah tingkat serangan snot (dengan gejala kepala bengkak dan pilek) hanya menyerang 10% dari populasi dari biasanya mencapai 50%. Beberapa ekor bebek yang terkena serangan ND (leher melintir) yang biasanya tak tersembuhkan, bisa sembuh  dengan sendirinya.
Semua itu diceritakan secara testimonial  via telepon kepada seorang rekan. Komunikasi herdinbisnis dengan beberapa rekan cukup intens dan terus menerus dalam pengembangan Pertanian Organik, termasuk pengembangan teknologi Pembuatan Pakan alternatif yang efisien dan ampuh semacam ini.

Ada yang baru nieh, beberapa minggu yang lalu (Juni 2012) seorang rekan lain menjelaskan tentang perbandingan bobot itik yang diberi pakan fermentasi semacam ini dengan yang tanpa perlakuan. Hasilnya, bobot itik siap jual bisa mencapai 1500 gram rata-rata.  Hal ini dengan memperhatikan pula proporsionalnya ransum pakan, sebagai berikut :

NO
Jenis
JUMLAH PROSENTASE
Anak
Dara
Induk
1
Karbohidrat
5 %
7 %
9 – 10 %
2
Lemak
4 – 5 %
4 – 5 %
4,5 %
3
Protein
21 %
15- 19 %
18 %

Pakan bebek yang difermentasi dengan Ragi Tape Jerami akan terangkat nilai gizinya. Protein akan terpecah menjadi bentuk yang siap serap tanpa banyak yang terbuang. Nafsu makan bebek menjadi berlipat-lipat. Sistem imunitas bebek akan terbangun lebih baik

Ini semua bisa terjadi karena Ragi Tape Jerami mengandung:
  1. Bakteri Acetobacter yang mampu menghasilkan senyawa selulosa dengan derajat kemurnian yang tinggi.
  2. Jamur Rhizopus yang memproduksi enzim phytase yang mencerna phytates, sehingga meningkatkan penyerapan mineral seperti zinc, besi, dan kalsium. Proses fermentasi juga mengurangi oligosakarida yang membuat pakan susah dicerna.Tekstur yang dimiliki pakan lebih lunak  karena enzim yang dihasilkan jamur rhizopus selama proses fermentasi meninbulkan perubahan pada protein, lemak, dan karbohidrat. Enzim yang dihasilkan jamur ini `ntara lain lipase, protease dan amilase yang dalam organ pencernaan unggas berfungsi mencernakan lemak, protein dan pati.Jamur Rhizopus memproduksi zat antibiotika alami untuk melawan sejumlah organisme merugikan.
  3. Aspergillus niger yang sejenis jamur yang bersifat fakultatif, dapat berkembang dalam kondisi aerob maupun anaerob. Oleh karena itu, penggunaan mikroba ini untuk fermentasi akan lebih praktis, karena proses fermentasi tidak mesti tertutup rapat. Jamur ini menghasilkan asam sitrat. Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang merupakan senyawa untuk bahan pengawet yang baik dan alami.
Beberapa tips lain - untuk bahan alternatif pakan ternak itik, diantaranya :
  1. Enceng Gondok, bahan ini bisa dicacah sesuai dengan ukuran mulut itik/bebek. Lalu diikutkan dalam pakan fermentasi.
  2. Azolla, bahan ini bisa harus dipastikan kandungan airnya sudah kering. Lalu bisa diikutkan dalam pakan fermentasi.
  3. Ampas tahu, bahan ini juga harus dipastikan kandungan airnya sudah kering. Lalu bisa diikutkan dalam pakan fermentasi.
Mohon pastikan wadah pembuatan Pakan Fermentasi ini dalam keadaan tertutup yang tersedia ruang untuk mengering-anginkan. Keadaan ini bisa dibantu dengan TEMPAT FERMENTASI berupa Karung Bekas Pakan Ternak. Mohon pastikan tidak langsung bersentuhan dengan lantai, agar Ragi Tape Jerami tumbuh sempuna dalam - karena akan menumbuhkan fungi/jamur/kapang yang tidak diinginkan.


Teknik fermentasi ini mendapat dukungan dari hasil penelitian yang dilakukan Litbang Deptan Jawa Barat*.

Senin, 13 Oktober 2014

Makalah Kepemimpinan Madrasah

Oleh: Afiful Ikhwan*

A.    Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan pada dasarnya berarti kemampuan untuk memimpin; kemampuan untuk menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan. Menurut Gibson, kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, yang dilakukan melalui hubungan interpersonal dan proses komunikasi untuk mencapai tujuan[1]. Newstrom & Davis berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mengatur dan membantu orang lain agar bekerja dengan benar untuk mencapai tujuan[2].
Sedangkan Stogdill berpendapat bahwa kepemimpinan juga merupakan proses mempengaruhi kegiatan kelompok, dengan maksud untuk mencapai tujuan dan prestasi kerja.[3]Oleh karena itu, kepemimpinan dapat dipandang dari pengaruh interpersonal dengan memanfaatkan situasi dan pengarahan melalui suatu proses komunikasi ke arah tercapainya tujuan khusus atau tujuan lainnya. Pernyataan ini mengandung makna bahwa kepemimpinan terdiri dari dua hal yakni proses dan properti. Proses dari kepemimpinan adalah penggunaan pengaruh secara tidak memaksa, untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan kegiatan dari para anggota yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi. Properti dimaksudkan, bahwa kepemimpinan memiliki sekelompok kualitas dan atau karakteristik dari atribut-atribut yang dirasakan serta mampu mempengaruhi keberhasilan pegawai[4].
Karol Kennedy sebagaimana dikutip oleh Mustopadijajamengemukakan perbedaan keduanya secara ekstrim dengan menyatakan bahwa :
“Leadership is about a sense of direction. The word lead comes from Anglo-Saxon word, common to north European languages, which means a road, a way, the path of a ship at sea. It’s knowing the next step is…… “Managing is a different image. It’s from the Latin manus, a hand. It’s handling a sword, a ship, a horse. It tends to be closely linked with the idea of machines. Managing had its origins in the 19th century with engineers and accountants coming in to run entrepreneurial outfits. They tended to think of them as systems”.[5]


Adair mendefinisikan kepemimpinan dalam tiga konsep “Task, Team, and Individual” dalam lingkaran saling terkait, sehingga merupakan satu kesatuan konsep ACL (Action-Centered Leadership); dan menyatakan “… leadership is about teamwork, creating teams. Teams tend to have leaders, leaders tend to create teams”[6]. Adair berkeyakinan bahwa working groups atauteams akan memberikan tiga kontribusi pada pemenuhan kebutuhan bersama, berupa “the need to accomplish a common task, the need to be maintained as acohesive social unit or team, and the sum of the groups’s individual needs”; serta mengidentifikasi enam fungsi kepemimpinan berikut :
1.      Planning (seeking all available information; defining groups tasks or goals; making a workable plan);
2.      Initiating (briefing the group; allocating tasks; setting groups standards);
3.      Controlling (maintaining groups standard; ensuring progress towards objectives; ‘prodding’ action sand decisions);
4.      Supporting (expressing acceptance of individual contributions; encouraging and disciplining; creating team spirit; relieving tension with humour; reconciling disagreements);
5.      Informing (clarifying task and plan; keeping group informed; receiving information from the group; summarizing ideas and suggestions); dan
6.      Evaluating (checking feasibility of ideas; testing consequencies; evaluating group perfomance; helping group to evaluate itself).[7]

Dalam pada itu Zwell mengidentifikasi sekurangnya 15 fungsi yang secara umum dilakukan oleh pemimpin, yaitu :
…modeling the corporate culture, developing the corporate philosophy, establishing and maintaining atandards, understanding the business, determining strategic direction, managing change, being agood follower : aligning with superior, inspiring and motivating, establishing elignment, establishing focus, holding ultimate responsibility, dealing with authority issues, determining successors, managing ambiguity, and optimizing orgaizational structure and process.[8]

Dibalik fungsi-fungsi tersebut terdapat tugas dan peran kepemimpinan. Dalam hubungan itu, pada tahun 1990 John P. Kotter pada satu pihak mengidentifikasi tiga tugas prinsipil kepemimpinan, yaitu :
  1. Establishing direction, developing a vision and strategies for the future of the business;
  2. Aligning people - getting others to ‘understand, accept and line up in the chosen direction’, dan
  3. Motivating and inspiring people by appealing to very basic but often untapped human needs, value and emotions.[9]
Pada lain pihak, ia pun mendefinisikan empat peran manajemen berikut;
  1. Planning and budgeting, setting short-to medium-term targets;
  2. Establishing steps to reach them and allocating resources;
  3. Organizing and staffing, establishing an organizational structure to accomplish the plan, staffing the jobs; communicating the plan, delegating responsibility and establishing systems to monitor implementatio;
  4. Controlling and problem solving, monitoring results, identifying problems and organizing to solve them.[10]
B.     Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom. Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.[11]
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini.
  1. Teori Genetis (Keturunan). Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made”(pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
  2. Teori Sosial. Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
  3. Teori Ekologis. Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.

Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blancharddalam Sutarto[12] berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s)., yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).
Kepemimpinan sama dengan gabungan dari fungsi (f) pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi(s). Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi atau lembaga. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin. Dengan bawahan yang tepat maka team kerja dapat bekerja secara maksimal. Sedangkan bila tidak dapat memiliki bawahan yang dapat diandalkan, pada akhirnya beban akan kembali ke pimpinan.
Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan. Hubungan antara ketiganya yang saling mendukung merupakan sinergi yang akan meningkatkan tingkat keberhasilan kepempimpinan mereka.
Dalam prakteknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa gaya kepemimpinan; di antaranya adalah: Gaya Otokratis, Gaya Demokratis, Gaya Laissez Faire (Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstentif) yang ketiganya telah dibahas dalam makalah “Tipologi kepemimpinan kependidikan Islam” dan dalam makalah sebelum dan sesudahnya.

C.    Kepemimpinan Kepala madrasah
Di antara pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan tingkatannya, kepala madrasah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala madrasah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala madrasah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. Hal ini karena kepala madrasah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru- guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kegiatan lembaga pendidikan sekolah di samping diatur oleh pemerintah, sesungguhnya sebagian besar ditentukan oleh aktivitas kepala madrasahnya. Menurut Pidarta, kepala madrasah merupakan kunci kesuksesan sekolah dalam mengadakan perubahan[13]. Sehingga kegiatan meningkatkan dan memperbaiki program dan proses pembelajaran di sekolah sebagian besar terletak pada diri kepala madrasah itu sendiri. Pidarta menyatakan bahwa kepala madrasah memiliki peran dan tanggungjawab sebagai manajer pendidikan, pemimpin pendidikan, supervisor pendidikan dan administrator pendidikan.[14]
a.      Manajer Sekolah
Kepala madrasah sebagai manajer di sekolah. Tugas manajer pendidikan adalah merencanakan sesuatu atau mencari strategi yang terbaik, mengorganisasi dan mengkoordinasi sumber-sumber pendidikan yang masih berserakan agar menyatu dalam melaksanakan pendidikan, dan mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kepala madrasah memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan, karena atas perannya sebagai manajer di sekolah dituntut untuk mampu : (1) mengadakan prediksi masa depan sekolah, misalnya tentang kualitas yang diinginkan masyarakat, (2) melakukan inovasi dengan mengambil inisiatif dan kegiatan-kegiatan yang kreatif untuk kemajuan sekolah, (3) menciptakan strategi atau kebijakan untuk mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut, (4) menyusun perencanaan, baik perencanaan strategis maupun perencanaan operasional, (5) menemukan sumber-sumber pendidikan dan menyediakan fasilitas pendidikan, (6) melaku kan pengendalian atau kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan dan hasilnya.
b.      Pemimpin Sekolah
Menurut Lipoto peranan kepemimpinan kepala madrasah adalah sebagai: (1) figurehead (symbol); (2) leader (memimpin; (3) liason (antara); (4) monitor memonitor; (5) disseminator (menyebarkan) informasi; (6) spokesmen (juru bicara); (7) entrepreneur ( wiraswasta); (8) Disturbance handler ( menangani gangguan); (9) Resource allocator (pengumpul dana); (10) negotiator ( perunding)[15].Lebih lanjut Lipoto mengatakan bahwa sebagai pemimpin, maka kepala madrasah harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar dan sukarela melaksanakan kewajibannya secara baik sesuai dengan apa yang diharapkan pimpinan dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan kepala madrasah terutama ditujukan kepada para guru karena merekalah yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan. Namun demikian, kepemimpinan kepala madrasah juga ditujukan kepada para tenaga kependidikan lainnya serta siswa.
Hal senada dikatakan Wahjosumidjo peran kepala madrasah sebagai pemimpin sekolah memiliki tanggung jawab menggerakkan seluruh sumberdaya yang ada di sekolah sehingga melahirkan etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan. Hick, dalam Wahjosumido, berpendapat bahwa untuk dapat menjadi pemimpin sekolah yang baik, kepala madrasah harus : (1) adil, (2) mampu memberikan sugesti (suggesting), (3) mendukung tercapainya tujuan (supplying objectives), (4) mampu sebagai katalisator, (5) menciptakan rasa aman (providing security), (6) dapat menjadi wakil organisasi (representing), (7) mampu menjadi sumber inspirasi (inspiring), (8) bersedia menghargai (prising).[16]
Dalam pelaksanaannya, keberhasilan kepemimpinan kepala madrasah, sangat dipengaruhi hal-hal sebagai berikut: (1) Kepribadian yang kuat; kepala madrasah harus mengembangkan pribadi agar percaya diri, berani, bersemangat, murah hati, dan memiliki kepekaan sosial. (2) Memahami tujuan pendidikan dengan baik; pemahaman yang baik merupakan bekal utama kepala madrasah agar dapat menjelaskan kepada guru, staf dan pihak lain serta menemukan strategi yang tepat untuk mencapainya. (3) Pengetahuan yang luas; kepala madrasah harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang yang lain yang terkait. (4) Keterampilan professional yang terkait dengan tugasnya sebagai kepala madrasah, yaitu: (a) keterampilan teknis, misalnya: teknis menyusun jadwal pelajaran, memimpin rapat. (b) keterampilan hubungan kemanusiaan, misalnya : bekerjasama dengan orang lain, memotivasi, guru dan staf (c) Keterampilan konseptual, misalnya mengembangkan konsep pengembangan sekolah, memperkirakan masalah yang akan muncul dan mencari pemecahannya.[17]
Dalam masalah ini Wahjosumidjo berpendapat, bagi kepala madrasah yang ingin berhasil menggerakkan para guru/staf dan para siswa agar berperilaku dalam mencapai tujuan sekolah adalah: (1) menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap guru, staf dan para siswa; (2) harus mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa, dengan cara meyakinkan dan membujuk.[18] Meyakinkan (persuade) dilakukan dengan berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa apa yang dilakukan adalah benar. Sedangkan membujuk (induce) adalah berusaha meyakinkan para guru, staf dan siswa bahwa apa yang dilakukan adalah benar. Pemimpin yang efektif selalu memanfaatkan kerjasama dengan para bawahan untuk mencapai cita-cita organisasi
Disamping itu menurut Mulyasa, kepala madrasah yang efektif adalah kepala madrasah yang; (1) mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif; (2) dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan; (3) mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan; (4) berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah; (5) bekerja dengan tim manajemen; (6) berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.[19]
c.       Administrator Sekolah
Kepala madrasah sebagai administrator dalam lembaga pendidikan mempunyai tugas-tugas antara lain : melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan terhadap bidang-bidang seperti ; kurikulum, kesiswaan, kantor, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, dan perpustakaan. Jadi kepala madrasah harus mampu melakukan; (1) pengelolaan pengajaran; (2) pengelolaan kepegawaian; (3) pengelolaan kesiswaan; (4) pengelolaan sarana dan prasarana; (5) pengelolaan keuangan dan; (6) pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat.
d.      Supervisor Sekolah
Supervisi merupakan kegiatan membina dan dengan membantu pertumbuhan agar setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan profesinya.
Menurut Sahertian, supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara berkelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran dengan tujuan memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas.[20]
Supervisi merupakan pengembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang pada akhirnya perkembangan siswa. Itu perbaikan situasi belajar mengajar bertujuan untuk : (1) menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas agar siswa dapat mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan secara optimal, (2) menyeleksi fasilitas belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas, (3) mengkoordinasikan kemauan siswa mencapai tujuan pendidikan, (4) meningkatkan moral siswa.
Lebih lanjut Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sekolah maupun guru, oleh karena itu program supervisi harus dilakukan oleh supervisor yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mengadakan hubungan antar individu dan ketrampilan teknis[21].
Supervisor di dalam tugasnya bukan saja mengandalkan pengalaman sebagai modal utama, tetapi harus diikuti atau diimbangi dengan jenjang pendidikan formal yang memadai. Beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kepala madrasah merupakan penyelenggara pendidikan yang juga, yaitu : (1) menjadi manajer lembaga pendidikan, (2) menjadi pemimpin, (3) sebagai penggerak lembaga pendidikan, (4) sebagai supervisor atau pengawas, (5) sebagai pencipta iklim bekerja dan belajar yang kondusif.
Sesuai dengan peran dan tugas-tugas di atas, kepala madrasah sebagai manajer sekolah dituntut untuk dapat menciptakan manajemen sekolah yang efektif. Menurut Mantja, keefektifan manajemen pendidikan ditentukan oleh profesionalisme manajer pendidikan[22]. Adapun sebagai manajer terdepan kepala madrasah merupakan figur kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala madrasah tidak hanya meningkatkan tanggung jawab dan otoritasnya dalam program-program sekolah, kurikulum dan keputusan personil, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan akuntabilitas keberhasilan siswa dan programnya. Kepala madrasah harus pandai memimpin kelompok dan mampu melakukan pendelegasian tugas dan wewenang. Tidak semua pekerjaan harus dikerjakan sendiri oleh kepala madrasah, tetapi ia dapat memberikan sebagian wewenangnya kepada bawahannya yang layak diberi tugas tertentu.
Menurut Wohlstetter dan Mohrman[23] peran kepala madrasah dalam MBS adalah sebagai designer, motivator, fasilitator, dan liaison. Sebagai designer kepala madrasah harus membuat rencana dengan memberikan kesempatan untuk terciptanya diskusi-diskusi menyangkut isu-isu dan permasalahan di seputar sekolah dengan tim pengambil keputusan sekolah. Tentu saja dalam hal ini harus melibatkan berbagai komponen terkait secara demokratis.

D.    Memahami Profesionalisme dan Guru
Profesional adalah : 1) bersangkutan dengan profesi; 2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankanya[24]; 4) pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau suatu norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.[25]
Guru adalah : 1) orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar[26]; 2) pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah[27], Maksudnya adalah kemampuan guru untuk mengaktualisasikan tugasnya dalam proses dan hasil kerjanya sesuai dengan profesinya sebagai pendidik.
1.      Makna Profesional
Ornstein/Levine (1985) menegaskan bahwa “An occupation involving relatively long and specialized preparation on the level of higher education and governed by its own code of ethics“.Artinya bahwa profesi bukanlah hanya sekedar pekerjaan saja, melainkan suatu pekerjaan yang relatif memerlukan persiapan lama dan spesifik berdasarkan tingkat pendidikan tinggi dan dikendalikan oleh kode etiknya sendiri.
2.      Kriteria sebuah profesional
Berdasarkan Robin Ann Martin (2004) bahwa profesi dapat dikarakteristikkan sebagai berikut:
a.       Memberikan suatu layanan sosial yang unik, tertentu, dan esensial.
b.      Penekanannya pada teknik-teknik intelektual dalam menunjukkan layanannya.
c.       Membutuhkan waktu yang lama untuk latihan keahliannya.
d.      Rentangan otonominya luas baik sebagai praktisi secara individual, maupun kolektif.
e.       Diterima oleh para praktisi akan tanggung jawab personalnya secara meluas akan penilaian yang dibuat dan tindakan yang ditunjukkan.
f.       Penekanan organisasional pada layanan yang diberikan, daripada pemerolehan ekonomik.
g.      Memiliki oragnisasi profesional yang mandiri.
h.      Adanya kode etik.
Di samping kriteria tersebut, Ornstein/Levine (1985) mencoba membuat sebanyak 14 karakteristik yang dapat dimilik oleh sebuah pekerjaan yang profesional, di antaranya:
a.       Rasa melayani masyarakat: suatu komitmen sepanjang waktu terhadap karir.
b.      Pengetahuan dan keterampilannya di atas kemampuan orang pada umumnya..
c.       Aplikasi riset dan teori terhadap praktek (berkenaan dengan problem kemanusiaan).
d.      Membutuhkan waktu yang panjang untuk latihan spesialisasi.
e.       Adanya kontrol terhadap strandar lisensi dan persyaratan masuk.
f.       Otonomi dalam membuat keputusan tentang bidang ketja pilihan.
g.      Suatu penerimaan tanggung jawab terhadap penilaian yang dibuat dan tindakan yang dipertunjukkan berkaitan layanan yang diberikan: seperangkat standar penampilan.
h.      Komitmen terhadap kerja dank lien: penekanan pada layanan yang diberikan.
i.        Penggunaan administrator untuk menfasilitasi kerja profesional: kebebasan yang relatif dari adanya supoervisi.
j.        Suatu organisasi yang mandiri terdiri atas anggota-anggota profesi.
k.      Asosiasi profesional dan kelompok elit yang memberikan penghargaan akan prestasi individual.
l.        Adanya kode etik yang membantu untuk mengklarifikasi masalah-masalah atau hal-hal yang meragukan berkaitan dengan layanan yang diberikan.
m.    Tingkat kepercayaan publik yang tinggi terhadap para praktisi secara individual.
n.      Prestise dan penghargaan ekonomik yang tinggi.

E.     Mengajar sebagai Profesional
Guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Oleh karenanya, peranan guru dalam sebuah proses pendidikan sangat sentral. Guru yang profesional dengan kinerja maksimal, totalitas dedikasi, dan loyalitas pengabdian dapat dijadikan sebagai tumpuan untuk mengubah wajah pendidikan menjadi lebih cerah di masa mendatang. Latar belakang peneliti melakukan penelitian ini karena melihat fenomena kualitas pendidikan di Indonesia yang kurang bermutu. Karenanya, peran guru sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia di bidang pendidikan.[28]
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat serta hampir mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia. Untuk mengimbangi perkembangan IPTEK tersebut, pemerintah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu cara untuk mencapai kualitas pendidikan tersebut adalah melalui peningkatan kemampuan guru, sebab guru memiliki peran utama dalam menentukan  keberhasilan pengajaran yang dilaksanakannya. Guru harus memikirkan dan membuat secara seksama dalam meningkatakan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun computer yang paling modern sekalipun. Oleh karena itu, guru harus selalu meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya sehingga keprofesionalan mengajar akan tampak dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan permasalahan di atas, maka permasalahan yang perlu dikaji adalah bagaimana profesionalitas guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi peningkatan profesionalitas guru agama. Bagaimana kepala madrasah meningkatkan profesionalitas guru agama dan bagaimana juga upaya guru agama dalam meningkatkan keprofesionalannya.[29]
Menyadari akan kompleksitas karakteristik suatu pekerjaan yang profesional, maka guru memiliki posisi yang relatif. Mengajar dapat juga disebut sebagai semiprofesional, karena pelatihan (guru) itu lebih pendek, statusnya kurang legitimate (rendah atau menengah), haknya untuk berkomunikasi kurang ditegakkan, kurang membutuhkan pengetahuan yang spesifik, dan mereka kurang memiliki otonomi dari perlakuan supervisi atau kontrol masyarakat, bila dibandingkan dengan preofesi lain. Robert Howsam menyatakan bahwa mengajar seharusnya dipandang sebagai suatu profesi yang muncul (emerging profession), dan kemudian statusnya lebih tinggi daripada semiprofesional, mendekati dengan status profesi penuh. Dalam kaitannya dengan ini, profesi yang muncul dan penuh dikenal di dalam persidangan sebagai kompeten dalam memberikan persaksian ahli.
 Bertitik tolak dari ini, maka mengajar kini belum dipandang sebuah pekerjaan profesional secara penuh. Dengan kata lain bahwa mungkin tidak satupun profesi yang dapat memenuhi secara penuh karakteristik seseorang itu profesional, tanpa terkecuali profesi mengajar. Setelah dilakukan pengkajian, ternyata guru setidak-tidaknya memenuhi sebagian karakteristik mengajar, di antaranya ada empat karakteristik yang sangat penting, yaitu: (1) mengajar didasarkan atas penguasaan pengetahuan dan keterampilan di atas kemampuan orang pada umumnya, (2) adanya kontrol terhadap standar lisensi atau persyaratan masuk, (3) otonom dan membuat keputusam tentang bidang-bidang kerja terpilih, dan (4) prestasi dan penghargaan ekonomik yang tinggi. Walaupun tidak ada satupun profesi yang memenuhi semua karakteristik sebuah profesi, namun guru tetap masih berada jauh di bawah profesi medis dan hukum.

F.     Pengembangan Profesionalisme Guru
Peningkatan kualitas guru madrasah harus terus ditingkatkan, karena sampai saat ini lulusan madrasah belum kompetitif karena tidak mungkin siswa mencapai kompetensi tinggi jika guru yang mendidiknya tak memiliki kompetensi yang sesuai.
Dikatakan peningkatan kualitas guru madrasah dilakukan untuk meningkatnya kualifikasi guru, kompetensi guru, kinerja guru, kesejahteraan guru, prestasi peserta didik serta kualitas pendidikan madrasah.[30]
Guru disebut profesional jika didalam dirinya melekat intelektualitas yang mencakup kemampuan berpikir kritis, analistis, kreatif, inovatif, objektif, rasional dan reflektif; kepribadian yang mencakup berpenampilan menarik, berwibawa serta sehat fisik dan cerdas emosional; miliki komitmen artinya benar-benar terpanggil untuk menjadi guru, memiliki rasa kecintaan terhadap anak dan rasa kebanggaan terhadap profesi guru serta memiliki moralitas artinya menjunjung tinggi norma, etika dan moral.
Untuk dapat mencapai profesionalisme guru, maka upaya yang dapat dilakukan adalah:
a.       Pengembangan Standar Profesional (Kompetensi profesional, personal, dan sosial).
b.      Pengujian kompetensi (baik guru-guru baru maupun lama).
c.       Menekankan kualitas guru daripada kuantitas, walaupun dalam batas tertentu, kuantitas guru itu diperlukan.
d.      Evaluasi guru secara periodik.
e.       Pengembangan profesional (inservice training)
f.       Penegakan kode etik.[31]

G.    Ciri Guru Madrasah Profesional
Untuk mendukung pencapaian kompetensi di tingkat madrasah, diperlukan dukungan dari berbagai pihak yang berkepentingan dalam pendidikan di madrasah, baik pengelola madrasah, orang tua siswa, tokoh masyarakat, siswa dan terutama guru. Dalam hal ini guru menjadi penentu dalam mencapai keberhasilan pembelajaran, sebab ia dituntut untuk melakukan kreasi agar tercipta suasana belajar yang efektif. Untuk itu, diperlukan tenaga guru yang profesional dan mempunyai komitmen tinggi dalam bidang pendidikan di madrasah. Dengan kata lain, dibutuhkan guru yang profesional, dengan ciri-ciri sebagai berikut[32]:
1.      Selalu membuat perencanaan konkrit dan detail yang siap untuk dilaksanakan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum mengajar guru harus sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin baik persiapan fisik, mental, maupun materi tentang mata pelajaran yang diampu. Persiapan fisik berupa penampilan jasmani balk berupa pakaian, kerapian dan kebugaran jasmani. Persiapan mental mencakup sikap batin guru untuk mempunyai komitmen dan mencintai profesi pendidik untuk membantu siswa mencapai taraf kedewasaan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Sedangkan kesiapan materi meliputi penguasaan bahan siswaan yang akan disampaikan kepada siswa. Penguasaan ini tercermin dari pemahaman yang utuh tentang materi pokok yang ada dalam kurikulum dan diperkaya dengan wawasan keilmuan mutakhir. Dengan demikian. guru diharapkan tidak sekedar menyampaikan materi pokok yang tertuang dalam kurikulum baku, namun harus dikembangkan dan diperkaya dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
2.      Berkehendak mengubah pola pikir lama menjadi pola pikir baru yang menempatkan siswa sebagai arsitek pembangun gagasan dan guru berfungsi untuk “melayani” dan berperan sebagai mitra siswa supaya peristiwa belajar bermakna berlangsung pada semua individu. Dalam Islam siswa disebut dengan terma “thalib yang artinya orang yang aktif mencari ilmu pengetahuan. Untuk itu, guru perlu mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat terjadi jika ditunjang oleh penerapan strategi belajar yang mendorong siswa terlibat secara fisik dan psikis tentang proses pembelajaran.
3.      Bersikap kritis dan berani menolak kehendak yang kurang edukatif. Guru diharapkan mengembangkan dan mengelaborasi sendiri materi pokok yang ditetapkan dalam kurikulum. Untuk itu, sikap kritis harus dimiliki oleh guru yang tercermin antara lain dari praktek pembelajaran yang mengaitkan dengan problem realitas yang ada di sekitarnya. Selain itu, guru juga diharapkan berani memberikan masukan tentang praktek pendidikan di sekitarnya, terutama di lingkungan sekolahnya, yang tidak mencerminkan praktek pendidikan, misalnya praktek pendidikan yang tidak membuat siswa aktif dan kreatif malah mengekang siswa melalui stratagi pembelajaran yang diterapkan para guru lain.
4.      Berkehendak mengubah pola tindakan dalam menetapkan peran siswa, peran guru dan gaya mengajar. Peran siswa digeser dari peran sebagai “konsumen” gagasan, seperti menyalin, mendengar, menghafal, ke peran sebagai “produsen” gagasan, seperti bertanya, meneliti dan mengarang. Peran guru harus berada pada fungsi sebagai fasilitator (pemberi kemudahan peristiwa belajar) dan bukan pada fungsi sebagai penghambat peristiwa belajar. Gaya mengajar lebih difokuskan pada model pemberdayaan dan pengkondisian daripada model latihan (drill) dan pemaksaan (indoktrinasi). Hal ini akan terwujud jika guru mempunyai pemahaman atau kesadaran tentang hakikat pendidikan, yakni sebagai proses memanusiakan manusia (siswa) dengan cara mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Untuk itu, kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru harus selalu mempertimbangkan kondisi siswa, bukan memaksakan kehendak atau persepsi guru yang kadang tidak sesuai dengan kecenderungan siswa.
5.      Berani meyakinkan kepala sekolah, orang tua dan masyarakat agar dapat berpihak pada mereka terhadap beberapa inovasi pendidikan yang edukatif yang cenderung sulit diterima oleh orang awam dengan menggunakan argumentasi yang logis dan kritis. Dalam sistem Kurikulum Timgkat Satuan Pendidikan yang sbenarnya merupakan penjabaran/pengembangan dari kurikulum sebelumnya yang berbasis kompetensi, keberpihakan pada kepentingan siswa perlu ditekankan dalam kegiatan pembelajaran, dalam pengertian bahwa semua aktifitas pembelajaran pada dasarnya diperuntukkan untuk kemanfaatan dan kebermaknaan siswa. Untuk itu, guru dituntut aktif dan kreatif mengembangkan dan menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif. Kegiatan pembelajaran ini tidak hanya dipahami sebatas yang berlangsung dl dalam kelas, tapi juga di luar kelas. Sebagai contoh, kegiatan pembelajaran untuk mata pelajaran qur’an hadits tidak akan berjalan secara maksimal ketika hanya berlangsung di ruang kelas, namun harus dikondisikan juga di luar kelas, sebab qur’an hadits bukan menekankan aspek kognitif yang cukup diberikan di kelas, namun harus dipraktekkan. Karena itu, upaya menjalin sinergi perlu diciptakan oleh guru sehingga ada keterpaduan antara yang disampaikan di kelas dengan yang dipraktekkan siswa di luar kelas, terutama di keluarga dan masyarakat.
6.      Bersikap kreatif dalam membangun dan menghasilkan karya pendidikan seperti pembuatan alat bantu belajar, analisis materi pembelajaran, penyusunan alat penilaian yang beragam, perancangan beragam organisasi kelas dan perancangan kebutuhan kegiatan pembelajaran lainnya. Untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar, guru perlu memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar sekolah, baik sumber belajar yang dirancang khusus untuk tujuan pembelajaran maupun sumber belajar yang sudah tersedia secara alami yang tinggal dimanfaatkan oleh guru[33]


H.    Analisis
Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu melihat dari banyak sisi. Telah banyak pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan solusi mengatasi kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Dengan masukan ilmiah ahli itu, pemerintah tak berdiam diri sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai.
Masukan ilmiah yang disampaikan para ahli dari negara-negara yang berhasil menerapkannya, seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Selandia Baru dan Singapura selalu memunculkan konsep yang tidak selalu bisa diadopsi dan diadaptasi. Karena berbagai macam latar yang berbeda. Situasi, kondisi, latar budaya dan pola pikir bangsa kita tentunya tidak homogen dengan negara-negara yang diteladani. Malahan, konsep yang di impor itu terkesan dijadikan sebagai “proyek” yang bertendensi pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Artinya, proyek bukan sebagai alat melainkan sebagai tujuan.
Beberapa penerapan pola peningkatan mutu di Indonesia telah banyak dilakukan, namun masih belum dapat secara langsung memberikan efek perbaikan mutu. Di antaranya adalah usaha peningkatan mutu dengan perubahan kurikulum dan proyek peningkatan lain; Proyek Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), Proyek Perpustakaan, Proyek Bantuan Meningkatkan Manajemen Mutu (BOMM), Proyek Bantuan lmbal Swadaya (BIS), Proyek Pengadaan Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Dana Bantuan Langsung (DBL), Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS), Bantuan Khusus Murid (BKM) dan bahkan baru-baru ini proyek sertifikasi guru. Dengan memperhatikan sejumlah proyek itu, dapatlah kita simpulkan bahwa pemerintah telah banyak menghabiskan anggaran dana untuk membiayai proyek itu sebagai upayameningkatkan mutu pendidikan.
Upaya pemerintah yang begitu mahal belum menunjukkan hasil menggembirakan. Ada yang berpendapat mungkin manajemennya yang kurang tepat dan ada pula yang mengatakan bahwa pemerintah kurang konsisten dengan upaya yang dijalankan. Karena itu, kembali pada apa yang kita sebut sebagai kekayaan lokal, bahwa tidak sepenuhnya apa yang dapat dipraktikkan dengan baik di luar negeri bisa seratus persen juga berhasil di Indonesia, semua itu membutuhkan tahapan, namun dengan kerangka yang jelas dan tidak dibebani oleh proyek yang demi kepentingan sesaat atau golongan. Hal-hal berikut adalah elemen dasar bagaimana kita dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
2. Insan Pendidikan Patut Mendapatkan Penghargaan Karena itu Berikanlah Penghargaan
Ø      “Manajemen Sumber Daya Manusia” mengatakan, penghargaan diberikan untuk menarik dan mempertahankan SDM karena diperlukan untuk mencapai saran-saran organisasi. Staf (guru) akan termotivasi jika diberikan penghargaan ekstrinsik (gaji, tunjangan, bonus dan komisi) maupun penghargaan instrinsik (pujian, tantangan, pengakuan, tanggung jawab, kesempatan dan pengembangan karir). Mc. Keena & Beech (1995 : 161).
Ø      Manusia mempunyai sejumlah kebutuhan yang memiliki lima tingkatan (hierarchy of needs) yakni, mulai dari kebutuhan fisiologis (pangan, sandang dan papan), kebutuhan rasa aman ( terhindar dari rasa takut akan gangguan keamanan), kebutuhan sosial (bermasyarakat), kebutuhan yang mencerminkan harga diri, dan kebutuhan mengaktualisasikan diri di tengah masyarakat. (Abraham H. Maslow).
Pendidik dan pengajar sebagai manusia yang diharapkan sebagai ujung tombak meningkatkan mutu berhasrat mengangkat harkat dan martabatnya. Jasanya yang besar dalam dunia pendidikan pantas untuk mendapatkan penghargaan intrinsik dan ekstrinsik agar tidak termarjinalkan dalam kehidupan masyarakat.
3. Meningkatkan Profesionalisme Guru dan Pendidik
Kurikulum dan panduan manajemen sekolah sebaik apapun tidak akan berarti jika tidak ditangani oleh guru profesional. Karena itu tuntutan terhadap profesinalisme guru yang sering dilontarkan masyarakat dunia usaha/industri, legislatif, dan pemerintah adalah hal yang wajar untuk disikapi secara arif dan bijaksana.
Konsep tentang guru profesional ini selalu dikaitkan dengan pengetahuan tentang wawasan dan kebijakan pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, penelitian pendidikan (tindakan kelas), evaluasi pembelajaran, kepemimpinan pendidikan, manajemen pengelolaan kelas/sekolah, serta tekhnologi informasi dan komunikasi. Sebagian besar tentang indikator itu sudah diperoleh di LPTK antara lain IKIP, FKIP, dan STKIP non-refreshing.
Fenomena menunjukkan bahwa kualitas profesionalisme guru kita masih rendah. Faktor-faktor internal seperti penghasilan guru yang belum mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan profesi masih dianggap sebagai faktor determinan. Akibatnya, upaya untuk menambah pengetahuan dan wawasan menjadi terhambat karena ketidak mampuan guru secara finansial dalam pengembangan SDM melalui peningkatan jenjang pendidikan. Hal itu juga telah disadari pemerintah sehingga program pelatihan mutlak diperlukan karena terbatasnya anggaran untuk meningkatkan pendidikan guru. Program pelatihan ini dimaksudkan untuk menghasilkan guru sebagai tenaga yang terampil (skill labour) atau dengan istilah lain guru yang memiliki kompetensi.
UU Sisdiknas No. 20/2003 Pasal 42 ayat (1) menyebutkan “Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Uraian pasal 42 itu cukup jelas bahwa untuk menjadi guru sebagai tahapan awal harus memenuhi persyaratan kualifikasi minimal (latar belakang pendidikan keguruan/umum dan memiliki akta mengajar). Setelah guru memenuhi persyaratan kualifikasi, maka guru akan dan sedang berada pada tahapan kompetensi. Namun, fenomena menunjukkan bahwa pendidik di sekolah masih banyak yang tidak memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa lapangan pekerjaan guru sangat mudah untuk dimasuki oleh siapa saja.
4. Sebisa Mungkin Kurangi dan Berantas Korupsi
Menurut laporan BPK tahun 2003 lalu, Depdiknas merupakan lembaga pemerintah terkorup kedua setelah Departemen Agama. Kemudian Laporan ICW menyebutkan bahwa korupsi dalam dunia pendidikan dilakukan secara bersama-sama (Amin Rais menyebutnya korupsi berjamaah) dalam berbagai jenjang mulai tingkat sekolah, dinas, sampai departemen. Pelakunya mulai dari guru, kepala sekolah, kepala dinas, dan seterusnya masuk dalam jaringan korupsi. Sekolah yang diharapkan menjadi benteng pertahanan yang menjunjung nilai-nilai kejujuran justru mempertotonkan praktik korupsi kepada peserta didik.
Korupsi itu berhubungan dengan dana yang berasal dari pemerintah dan dana yang langsung ditarik dari masyarakat. Jika selama ini anggaran pendidikan yang sangat minim dikeluhkan, ternyata dana yang kecil itupun tak luput dari korupsi. Hal ini tidak terlepas dar kekaburan sistem anggaran sekolah. Kekaburan dalam sistem anggaran (RAPBS) itu memungkinkan kepala sekolah mempraktikkan Pembiayaan Sistem Ganda (PSG). Misalnya dana operasional pembelian barang yang telah dianggarkan dari dana pemerintah dibebankan lagi kepada masyarakat.
Semakin terpuruknya peringkat SDM Indonesia pada tahun 2004, tak perlu hanya kita sesali, melainkan menjadikannya sebagai motivasi untuk bangkit dari keterpurukan. Jika kondisi itu mau diubah mulailah dari menerapkan konsep yang berpijak pada akar masalah.
5. Berikan Sarana dan Prasarana Yang Layak
Menurut Kepmendikbud No. 053/U/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM), sekolah harus memiliki persyaratan minimal untuk menyelenggarakan pendidikan dengan serba lengkap dan cukup seperti, luas lahan, perabot lengkap, peralatan/laboratorium/media, infrastruktur, sarana olahraga, dan buku rasio 1:2. Kehadiran Kepmendiknas itu dirasakan sangat tepat karena dengan keputusan ini diharapkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak “kebablasan cepat” atau “keterlaluan tertinggal” di bawah persyaratan minimal sehingga kualitas pendidikan menjadi semakin terpuruk.
Selanjutnya, UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 45 ayat (1) berbunyi, setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Jika kita lihat kenyataan di lapangan bahwa hanya sekolah-sekolah tertentu di beberapa kota di Indonesia saja yang memenuhi persyaratan SPM, umumnya sekolah negeri dan swasta favorit. Berdasarkan fakta ini, keterbatasan sarana dan prasarana pada sekolah-sekolah tertentu, pengadaannya selalu dibebankan kepada masyarakat. Alasannya pun telah dilegalkan berdasarkan Kepmendiknas No. 044/U/2002 dan UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 56 ayat (1). Dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah, ayat (2) Dewan pendidikan, sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan ditingkat nasional, provinsi dan kabupaten/ kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis, dan ayat (3) Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Menyikapi keadaan yang demikian sulit, apalagi kondisi negara yang kian kritis, solusi yang ditawarkan adalah manfaatkan seluruh potensi sumber daya sekolah dan masyarkat sekitar, termasuk memberdayakan dewan pendidikan dan komite sekolah. Mudah-mudahan dengan sistem anggaran pendidikan yang mengacu pada UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 46 dan 49 permasalahan ini dapat diatasi dengan membangun kebersamaan dan kepercayaan antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Dengan melandaskan pada cita-cita luhur pendidikan, diharapkan mutu pendidikan Indonesia terus meningkat dan terjadi perkembangan pada perbaikan yang terus menerus.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok, organisasi atau lembaga.
Kedudukan kepala madrasah sangat unik karena ia memiliki beberapa posisi, yaitu sebagai pejabat formal, sebagai manajer, sebagai pemimpin, sebagai pendidik, dan sebagai staf, merupakan kedudukan yang melekat pada diri kepala madrasah.
Profesional adalah : 1) bersangkutan dengan profesi; 2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankanya; 3) pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau suatu norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru disebut profesional jika didalam dirinya melekat intelektualitas yang mencakup kemampuan berpikir kritis, analistis, kreatif, inovatif, objektif, rasional dan reflektif; kepribadian yang mencakup berpenampilan menarik, berwibawa serta sehat fisik dan cerdas emosional; miliki komitmen artinya benar-benar terpanggil untuk menjadi guru, memiliki rasa kecintaan terhadap anak dan rasa kebanggaan terhadap profesi guru serta memiliki moralitas artinya menjunjung tinggi norma, etika dan moral.
Ciri guru professional: 1) Selalu membuat perencanaan konkrit dan detail yang siap untuk dilaksanakan siswa dalam kegiatan pembelajaran; 2) Berkehendak mengubah pola pikir lama menjadi pola pikir baru yang menempatkan siswa sebagai arsitek pembangun gagasan; 3) Bersikap kritis dan berani menolak kehendak yang kurang edukatif; 4) Berkehendak mengubah pola tindakan dalam menetapkan peran siswa, peran guru dan gaya mengajar; 5) Berani meyakinkan kepala sekolah, orang tua dan masyarakat agar dapat berpihak pada mereka terhadap beberapa inovasi pendidikan yang edukatif yang cenderung sulit diterima oleh orang awam dengan menggunakan argumentasi yang logis dan kritis; 6) Bersikap kreatif dalam membangun dan menghasilkan karya pendidikan seperti pembuatan alat bantu belajar, analisis materi pembelajaran, penyusunan alat penilaian yang beragam, perancangan beragam organisasi kelas dan perancangan kebutuhan kegiatan pembelajaran lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, Panduan KTSP, Jakarta : Depdiknas, 2006

Khotimah, Husnul, Skripsi: Implementasi Kompetensi Profesional: Upaya Dalam Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru (Studi di Madrasah Aliyah Negeri Malang 1), dalam http://student-research.umm.ac.id/index.php/department_of_tarbiyah/article/view/7753, diakses 13 November 2011.

Gibson, James L, , et . all., Organisasi Perilaku, Struktur, Proses, Alih bahasa : Djarkasih, Jakarta : Erlangga, 1988
Jago, Arthur G dan Victor H. Vroom. The New Leadership: Managing Participation in Organizations. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Halls, 1988
John W dan Keith Davis, Newstrom. Human Behaviour at Work : Organizational Behaviour. New York Mc. Graw-Hill Inc., 1985
Kotter, John P., Leading Change. Boston, MA: Harvard Business School Press 1996
Lipoto, Kepemimpinan Kepala madrasah, Bandung : Tarsito, 1998
Mantja, Willem, Manajemen Pendidikan dalam Era Reformasi Malang : Universitas Negeri Malang, 2002
Mulyasa, .. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. 2004
Mustopadidjaja, Beberapa dimensi dan Dinamika Kepemimpinan Abad 21, dalam aparaturnegara.bappenas.go.id/.../Pelayanan%20Publik/Dimensi%20&%20Dinamika%20KEPIM%20ABAD%2021.pdf, diakses 22 April 2008.
Muttaqien, Zainal, 6 Ciri Guru Madrasah Profesional dalamhttps://izaskia.wordpress.com/2010/04/18/6-ciri-guru-madrasah-profesional, diakses 13 November 2011
Piet A.. Sahertian, Konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan dalam rangka membangun sumberdaya manusia, Jakarta: Rineka Cipta : 2000
Pidarta, Made. Cara belajar di Universiti Negara Maju: Suatu studi kasus. Jakarta: Bumi Aksara, 1990
_________, Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Bandung : Rineka, 1997
Purwanto, Ngalim, Supervisi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosda Karya. 1997
Siwalimanews, Kualitas Guru Madrasah harus ditingkatkan, dalam http://www.siwalimanews.com/show.php?mode=artikel&id=2070, diakses 13 November 2011
Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta., Gadjah Mada University Press, 1991
Tim Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI, Kurikulum Berbasis Kompetensi : Kegiatan Pembelajaran Qur’an Hadits Madrasah Aliyah, Jakarta : Dirjen Binbaga Islam Depag RI, 2003
Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional. Guru dan Dosen, 2007
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta :Ghalia Indonesia,. 1987
Wahab, Rochmat, Profesionalisme Guru Madrasah, dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/rochmat-wahab-mpd-ma-dr-prof/profesionalisme-guru-madrasah-mts.pdf , diakses 13 November 2011
Wohlstetter, P., & Mohrman, S. A.. School-based management: Strategies for success [Online]. http://www.ed.gov/pubs/CPRE/fb2sbm.html akses tgl. 28 September 2007
Zwell, Michael, Creating a Culture of Competency, New York, Wiley, 2000


[1] James L Gibson, , et . all., Organisasi Perilaku, Struktur, Proses, Alih bahasa : Djarkasih, (Jakarta : Erlangga, 1988), h. 334
[2] Keith Davis, and John W. Newstrom. Human Behaviour at Work : Organizational Behaviour. (New York Mc. Graw-Hill Inc., 1985), h. 122
[3] James L. Gibson, dkk,., Op. Cit, h. 342
[4] Victor H. Vroom dan Jago, Arthur G. The New Leadership: Managing Participation in Organizations. Englewood Cliffs, (New Jersey: Prentice Halls, 1988). h. 34
[5] Mustopadidjaja, Beberapa dimensi dan Dinamika Kepemimpinan Abad 21, dalam aparaturnegara.bappenas.go.id/.../Pelayanan%20Publik/Dimensi%20&%20Dinamika%20KEPIM%20ABAD%2021.pdf, diakses 22 April 2008.
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Michael Zwell, Creating a Culture of Competency, (New York, Wiley, 2000), h. 298
[9] John P. Kotter, Leading Change. (Boston, MA: Harvard Business School Press 1996), h. 76
[10] Ibid, h. 124
[11] Keith Davis, and John W. Newstrom, Op.Cit. h. 267
[12] Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi ( Yogyakarta., Gadjah Mada University Press, 1991) h. 65
[13] Made Pidarta. Cara belajar di Universiti Negara Maju: Suatu studi kasus. (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h. 75
[14] Made Pidarta, Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Bandung : Rineka, 1997), h. 68
[15] Lipoto, Kepemimpinan Kepala madrasah, (Bandung : Tarsito, 1998),. h. 8
[16] Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, (Jakarta :Ghalia Indonesia,. 1987), h. 98
[17] Departemen Pendidikan Nasional, Panduan KTSP, (Jakarta : Depdiknas, 2006) h. 345
[18] Wahjosumidjo, Op. Cit., h. 129
[19] Mulyasa, .. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. 2004) h. 65
[20] Piet A.. Sahertian, Konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan dalam rangka membangun sumberdaya manusia, (Jakarta: Rineka Cipta : 2000), h. 127
[21] Ngalim Purwanto, Supervisi Pendidikan. (Bandung. Remaja Rosda Karya. 1997), h. 34
[22] Willem Mantja, Manajemen Pendidikan dalam Era Reformasi (Malang : Universitas Negeri Malang, 2002), h. 87
[23] Wohlstetter, P., & Mohrman, S. A.. School-based management: Strategies for success[Online]. http://www.ed.gov/pubs/CPRE/fb2sbm.html akses tgl. 28 September 2007
[24] Surayin, 2003:457
[25] UU sistem Pen. Nasional. Guru dan Dosen, 2007:85
[26] Surayin, 2003:155
[27] UU Sistem Pen. Nas Guru dan Dosen, 2007:85

[28] Husnul Khotimah, Skripsi: Implementasi Kompetensi Profesional: Upaya Dalam Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru (Studi di Madrasah Aliyah Negeri Malang 1), dalam

[30] Siwalimanews, Kualitas Guru Madrasah harus ditingkatkan, dalamhttp://www.siwalimanews.com/show.php?mode=artikel&id=2070, diakses 13 November 2011.
[31] Rochmat Wahab, Profesionalisme Guru Madrasah, dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/rochmat-wahab-mpd-ma-dr-prof/profesionalisme-guru-madrasah-mts.pdf , diakses 13 November 2011.
[32] Tim Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI, Kurikulum Berbasis Kompetensi : Kegiatan Pembelajaran Qur’an Hadits Madrasah Aliyah, (Jakarta : Dirjen Binbaga Islam Depag RI, 2003), hal. 14-16
[33] Zainal Muttaqien, 6 Ciri Guru Madrasah Profesional dalamhttps://izaskia.wordpress.com/2010/04/18/6-ciri-guru-madrasah-profesional, diakses 13 November 2011.

*) Penulis adalah mahasiswa PPs IAIN Tulungagung dan Penulis Jurnal Pendidikan

AGEN PENDAFTARAN KULIAH S1 DAN S2 MUDAH DAN MURAH SERTA JASA KONSULTASI DAN KETIK SKRIPSI TESIS DAN LAPORAN PKL SISWA HUB SIMBAH WURI http://raraswurimiswandaru.blogspot.com
Ingin widget ini?